Jumat, 03 September 2010

drGUN

ciluk.... baaaa......
oi gun lo di eksploitasi juga sama si hina ini ye?wkwkwk

Kamis, 02 September 2010

MRK

CPB RAB

proyek : suatu rangkaian kegiatan yang memiliki suatu tujuan untuk dicapai dengan batasan

waktu, biaya, mutu dengan menggunakan sumber daya seperti material, man machine, money dan

method.
karateristik proyek : ada permulaan, proses rangkaian kegiatan dan akhir kegiatan yang

berlangsung dalam jangka waktu yang sudah dibatasi. rangkaian kegiatan proyek terlaksana

satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik, tidak ada 2 proyek yang identik.

yang ada hanya sejenis.
proyek konstruksi : kegiatan yang dilaksanakan dengan waktu dan biaya yang tertentu dengan

menghasilkan suatu bentuk bangunan fisik dengan mutu tertentu dan menggunakan sumber daua

seperti manusa, uang, peralatan dan metode material.

proses lelang : pengumuman lelang, prakualifikasi,pengambilan dokumen lelang, penjelasan,

peninjauan lapangan, penyusunan penawaran, pemasukan penawaran, pembukaan lelang, penentuan

pemenang, pengumuman, penandatanganan kontrak.
dokumen lelang : adalah dokumen yang dikeluarkan pada suatu proyek sehubungan dengan proses

pengadaan kontrakgtor dan konsultan. isi dari dokumen lelang adalah : persyaratan lelang,

bentuk penawaran, persyaratan kontrak, surat perjanjian, gambar rencana, spesifikasi,

daftar volume (bill of quantity), berita acara. undangan lelang, pedoman prakualifikasi.

intruksi kpd penawar, syarat2 umum kontrak, syarat khusus, daftar kuantitas dan harga,

spesifikasi teknis dan gambar, bentuk surat penawaran, bentuk kontrak, bentuk surat jaminan

penawaran, pelaksanaan , uang muka.

dokumen kontrak : adalah dokumen yang dikeluarkan setelah proses pelelangan selesai dimana

kontraktor sudah dipilih. dokumen lelang akan berubah menjadi dokumen kontrak dengan

penambahan-penambahan seperti : surat perjanjian yang ditantangani pemilik dan kontraktor,

surat perintah kerja, dokumen berita acara pelelangan, gambar kerja, spesifikasi teknis.

secara detil, dokumen kontrak memuat : persyaratan umum kontrak, persyaratan khusus

kontrak, gambar, spesifikasi teknis, BOQ, daftar harga satuan, daftar biaya (RAB),

penawaran, persetujuan, surat perjanjian.

volume pekerjaan tanah (kompaksi): Q = 1,000 . V. W. H. f. E /N
Q = volume kerja/jam kerja, V = kecepatan alat pemadat, W = lebar pemadatan efektif pada

lintasan, H = tebal tiap lapisan, f = koefisien perubahan volume tanah. N = jumlah

lintasan, E = efisiensi kerja.
Motor grader, adalah peralatan yang memiliki roda karet dan mampu bergerak sendiri untuk

membentuk permukaan jlana, lapangan terbang, tanggul, dam dan langscape. produktivitas : Q

= 1000 V W E (m2/jam)

depresiasi = (P-S)/m

ownership cost : biaya pembelian alat
ownership cost = ITIS + depreciation cost
ITIS = 12% AAV -> sebelum dikali, AAV dibagi waktu operasi alat ($/jam)
AAV = (P(n+1)+S(n-1))/2n
operating cost:a. biaya pembelian roda(/jam)->(jumlah roda*harga 1 roda)/(umur pemakaian

roda*factor). b. biaya ganti roda->(jumlah rda * harga penggantian 1 roda)/(umur pemakaian

roda * factor). c. biaya bahan bakar (gasoline)->Qp=(0,7*HP*Load factor)/6.2 (gph). c.

biaya diesel -> Qd = (0,5*HP*Load factor)/7.2 (gph). biaya lubricant ->

Ql=(0,6*HP*0.007)/7.4+C/t (gph). f. biaya filter (/jam). g. biaya perbaikan dan

pemeliharaan( biasanya n% dari depreciation cost)
total cost = ownership cost + operating cosd) (semuanya satuuannya dalam/jam)

produktivitas, T = 2S/V

Hyadraulic Excavators·Bulldozers·Wheel Loaders·Crawler Cranes·Truck Cranes·Rough Terrain

Cranes·Road Rollers·Motor Graders·Asphalt Pavers·Off-Highway Trucks·Forklift·Mobile

Crushers·Aerial Work Platforms·Hydraulic Breakers ·Generators·Compressors·Vehicles

faktor2 yang memberi kontribusi pada biaya konstruksi : produktivitas tenaga kerja,

ketersediaan material, ketersediaan peralatan, cuaca, jenis kontrak, kualitas, etika,

sistem pengendalian, kemampuan manajemen.

estimasi, :estimasi kelayakan,
estimasi konseptual, selama proses perancangan, jenis : estimasi harga satuan fungsional,

menggunakan fungsi dan fasilitas sebagai dasar penerapan biaya.. estimasi biaya satuan per

m2, mengandalkan data proyek sejenis sebelumnya, ketelitian rendah.. estimasi biaya satuan

per m3, untuk bangunan yang mementingkan volume, diandalkan pada fase awal perencanaan..

estimasi faktorial, pada proyek bertipe sama, berguna pada proyek dengan komponen utama

sama.. estimasi sistematis, proyek dibagi atas sistem fungsionalnya, kemudian harga satuan

ditentukan oleh penjumlah tiap harga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan

dengan data faktor pengali yang ada..

estimasi detail,umumnya digunakan oleh kontraktor umum, membuat quantity take off sesuai

gambar rencana dan sepesifikasi kemudian menyatukan biaya biayanya (biaya material, tenaga

kerja, peralatan, sub kontraktor, dan biaya lain spt overhead dan keuntungan)..
estimasi subkontraktor, dipakai pd bagian konstruksi khusus yang disubkontraktorkan..
estimasi pekerjaan tambah kurang, terjadi karena kebutuhan pemilik, kesalahan dalam dokumen

kontrak atau perubahan kondisi lokasi proyek..
estimasi kemajuan, sebagai dasar permintaan pembayaran dan sebagai pembanding terhadap

keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan sebelumnya.

Metode perencanaan waktu : CPM critical path method, PDM precedence diagram method, PERT

Program Evaluation Review Technique, GERT graphical evalluation review technique, LSM

kubear Scheduling Method.

Bar Chart (gant chart) suatu diagram yang terdiri dari sekumpulan garis - garis yang

menunjukan saat mulai dan saat selesai pekerjaan yang direncanakan. kelemahan : tidak

memungkinkan seseorang dapat segera melihat akibat keterlambatan atau percepatan suatu item

suatu pekerjaan terhadap pekerjaan berikutnya.

CPM, tahapan penyusunan, identifikasi kegiatan, estimasi durasi kegiatan berdasarkan sumber

daya yang tersedia, menentukan urutan pelaksanaan kegiatan, menggambarkan jaringan kerja

berdasarkan hubungan ketergantungan kegiatan, melakukan perhitungan.
Perhitungan CPM : perhitungan kedepan, untuk mendapatkan EET Earliest Event Time, dr

kejadian arah harga Es dan EF masing masing kegiatan.. perhitungan kebelakang, untuk

mendapatkan LET Latest event time dari kejadian atau harga LS dan LF terbesar.
bulet-garis-buletan. bulet menyatakan kejadian event. garis menyatakan kegiatan.

jaminan, jaminan penawaran, bid bond, adalah suatu perjanjian penangguangan ayng

dikeluarkan oleh pihak penanggung yang bertujuan melindungi pemilik proyek pd saat

pelelangan dilaksanakan dgn tujuan agar kontrator yang mengikut lelang terikat pada

penawarannya dan jika menang akan melaksanakan pekerjaan ditawarnya.. jaminan uang muka

advanced payment bond, adalah perjanjian penanggungan yang dikeluarkan oleh pihak

penanggung yang bertujuan untuk menjamin pemilik proyek bahwa kontraktor akan menggunakan

uang muka yang diterima dari owner untuk pembiayaan proyek.. jaminan pelaksanaan

performance bond, suatu perjanjian penanggungan yang bertujuan melindungi pemilik proyek

agar kontraktor menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telakh disepakati yaitu

sesuai dengan waktu biaya mutu.. jaminan pemeliharaan, maintenance bond, bertujuan menjamin

owner bahwa kontraktor akan melaksanakan perbaikan bangunan terjadi kerusakan selama masa

pemeliharaan.. jaminan pembayaran payment load, bertujuan melindungi owner terhadap

kerugian yang mungkni timbul akibat perbuatan kontraktor melalui pihak ketigak. retensi

retention, suatu jaminan yang menjamin owner bahwa kontraktor akan melakukan perbaikan bila

terjadi dalam masa pemeliharaan.

jenis jenis kontrak, kontrak harga satuan, unit price contract, harga satuan tetap, volume

sesuai dengan kondisi di lapangan.. kontrak biaya plus jasa, cost plus fee contract,

kontraktor menerima pembayaran atas pengeluarannya ditambah biaya untuk keuntungan..

kontrak lump sum, kontraktor akan membangun proyek sesuai dengan rancangan pada suatu biaya

tertentu.

tahapan awal proyek konstruksi,ide awal, konseptual desain, studi kelayakan, basic desain,

detail desain, procurement, konstruksi, handed offer, open (masa pemakaian), maintenance

demolisi.

organisasi proyek secara umum
1. metode tradisional (hub segitiga antara ower, konsultan, kontraktor) biasanya untuk

proyek kecil
2. metode konntrak terpisah ( gak ada hubungan antara konsultan dengan kontraktor, ownerm

ke 2 kontraktor) pekerjaan dapat dilaksanakan perbagian, waktu pelaksanaan lebih singkat.
3. metode kontrak umum (owner ke kosultann dan kontraktor utama, ada sub kon).
4. metode swakelola (bekerja sendiri, konsultan, supplier), owner bertindak sebagai

konsultan sekaligus kontraktor.
5. metode rancang bangun (owner, ke [kontraktur utama dan konsultan], sub kon a dan sub kon

b, antar 2 subkon ada garis jg). kontraktor utama jg mempunyai keahlian sebagai konsultan.

perbandingan pelelangna umum dan terbatas:
1. jumlah peserta, relatif lebih besar, lebih sedikit yang boleh diundang.
2. kemampuan peserta lelang, tidak semua peserta diketahui kemampuannya, setiap peserta

diketahui kemampuannya
3. penetapan pemenang lelang, relatif lebih sulit, jumlah peserta lebi banyak.. relatif

lebih mudah karena sudah diketahui kemampuannya.
4. kekurangan, tidak diketahui dn pasti kemampuan pesertam ada kecendrungan terjadi

kecurangan.
5. kelebihan, owner lebih leluasa untuk memilih penyedia jasa, kemampuan peserta telah

diketahui dengan pasti.

geotek

Likuifaksi adalah prilaku tanah yg berubah seperti liquid (cair) akbt goyangan/tekanan yg

berulang-ulang. Umumnya terjadi pd tanah berpasir. Membuktikannya sederhana, berdiri di

tepi pantai berpasir, ambil posisi tanah yg basah tp tidak terendam. Tancapkan sebatang

tongkat (kayu atau besi),hentakkan kaki berulang di sekitar tongkat. Tanah pasir tsb akan

jenuh dengan air, dan tongkat jadi miring. (Nat.Geog.Chnl)

Qu = cNc+qNq+0,4BgmNgm
strip = 1,3cNC+qNq+0.5BgmNgm
kotak= 1,3cNc+qNq+0,4BgmNgm
lingkaran=1,3++0.3
3 parameter untuk mengklasifikasikan tanah :ukuran efektif, koefisien keseragaman, koef.

gradasi.
Cu(koef keseragaman) = D60/D10
Cc(koef gradasi) = D30^2/D10/D60
seragam jenjang
angka pori e = Vvoid/Vs, perbandingan antara volume pori dengan volume butiran padat
porositas n = Vv/Vtot, porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori dan

volume tanah total.
S = derajat kejenuhan = perbandingan antara volume air dengan volume pori.
e angka pori= Vv/Vs = n/(1-n)
water content = kadar air, perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari

volume tanah yang diselediki Ww/Ws
berat volume = berat tanah per satuan volume
gm = W / V. (W=m.g)
gmd = Ws/Vtot ato g,/(1+w)
rho = kerapatan tanah kering = m/V
Gs = berat spesifik butiran padat.
Ws=Gs.gmw
Ww=w.Ws=w.Gs.gmw
gmd = Ws/V = Gs . gmw / (1+e)
Vw = w.Gs
S = Vw/Vv = wGs/e
Se=wGs
gmsat=(Gs+e).gmw/(1+e)
Dr = density relative, umumnya dipakai untuk menunjukan tingkat kerapatan dari tanah

berbutir di lapangan.
Dr = (emaks-e)/(emaks-emin)
n porositas = e/(1+e)
PL plastic limit, batas plastis, didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen,

dimana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 3,2mm menjadi retak-retak. batas

plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. cara pengujiannya

adalah sederhana, yaitu dengan cara menggulung massa tanah berukuran elopsoida dengan

telapak tangan di atas kaca datar
indeks plastisitas PIm adalah perbedaan antara batas cair dan batas plastis suatu tanah,

atau PI=LL-PL,
LL batas cair, batas cair dari tanah berbutir halus adalah kadar air dimana tegangan geser

tanahnya adalah kira kira 25g/cm2.
batas susut SL shrinkage limit, suatu tanah akan menyuu\sut apabila air yang dikkandungnya

secara perlahan lahan hilang dalam tanah. dengan hilangnya air secara terus menerus, tanah

akan mencaoai suatu tingkat keseimbangan dimana penambahan kehilangan air tidak akan

menyebabkan perubahan volume.
activity, kkarena sifat plastis dari suatu tanah adalah disebabkan oleh air yang terserap

di sekeliling permukaan partikel lempung, maka dapat diharapkan bahwa tipe dan jumlah

mineral lempung yang dikandung dalam suatu tanah akan mempengaruhi batas plastis dan batas

cair tanah yang bersangkutan. A = PI / %berat fraksi berukuran lempung.
indeks pemampatan, digunakan untuk menghitung besarnya penurunan yang terjadi di lapangan

sebagai akibat dari konsolidaso dapat ditentukan dari kurva yang menunjukkan hub antara

angka pori dan tekanan yang didapat dari uji konsolidasi di lab. Cc = 0,009(LL-10)
indeks pemuaian, swell index, adalah lebih kecil daripada indeks pemampatan dan biasanya

dapat ditentukan di lab. Cs = 1/5 sampe 1/10 Cc

ocr = overconsolidation ratio (rasio terkonsolidasi lebih) = pc(pra consolidasi)/p(saat

diselidiki)
K0=0,19+0,233(log PI)
Ka = sigma a / sigma v = tan2(45-phi/2)
Kp = sigma p / sigma v = tan2(45+phi/2)
c buat aktif ngurangin 2c.akar(Ka). kalo KP ditambah (gayanya kotak)
air, langsung aje dikali gm.H, gayanya segitiga.
S=Cc.H/(1+e) . log((p+delta p)/p), p nya tegangan efektif sampe mid point. (kN/m2)
Cc=(e1-e2)/log p2-log p1
T50 = cv.t50/Hdr^2, Hdr = panjang alran yang ditempuh air pori

klasifikasi tanah : berdasarkan tekstur(pasir 2-0.05mm, lanau 0.05-0.002mm, lempung),

berdasarkan klasifikasi AASHTO(ukuran butir : kerikil lolos ayakan berdiameter 2in dan

tertahan di ayakan 2mm, pasir lolos ayakan berdiameter 2mm, tertahan di ayakan 0,075mm,

lanau lempung. PLASTISITAS, IP lanau 10>>, IP lempung 10<<)
cara membedakan lempung dan lanau di lapangan
lempung : jika dibentuk seperti bola dengan tangan, permukaannya mulus dan licin, pada saat

dibentuk bola, tanah mengotori tangan, jika digores dengan kuku akan mengkilap
lanau : jika dibentuk seperti bola dengan tangan, permukaannya akan retak0retak, pada saat

dibentuk seperti bola, tanah tidak mengotori tangan. jika digores dengan kuu akan buram

tidak sekilap lempung.

beda UU-CD-CU pada uji triaksial
consolidated = tanah sempat terkonsolidasi terlebih dahulu.
undrained = air pori tidak sempat mengalir (pembangunan cepat dan beban dipikul air dan

butiran)
unconsolidated = tanah tidak sempat terkonsolidasi sebelumnya
drained = air pori sempat mengalir (pembangunan lambat dan beban dipikul oleh butiran saja)
tegangan aktif (sigma 1, arah sb y-) = tegangan minimum yang menyebabkan runtuh
sigma 3 (sb x-) semakin berkurang, semakin besar kemungkinan runtuh
tegangan aktif sigma 1 nya sama, tegangan pasif sigma 3 nya sama.

tekanan prakonsolidasi = tekanan efektif overburden maksimum yang perna dialami sebelumnya,

keadaan sebelum diberi pembebanan lagi.

data yang diperlukan untuk daya dukung pondasi :
a. hasil pengetesan tanah di lapangan : nilai N-SPT, nilai CPT (qc = cone resistance, qf =

total friction. fc = qf - qc, fc = load friction.)
b. tahanan geser tanah, C = kohesi tanah. phi = total friction
c. jenis dan dimensi pondasi, daya dukung ujung, bearing, daya fukung friksi, friction.

perbedaan tiang pancang dan bored pile :
a. tiang pancang, cara pemasangan adalah dipancang atau menumbuk tanah. lebih ekonomis

diterapkan pada bangunan yang tidak memikul gaya-gaya terlalu besar. pelaksanaan gampang,

menimbulkan kebisingan, tiadk cocok digunakan pada proyek dekat dengan keramaian atau

perumahan penduduk.
b. bored pile, pelaksanaannya adalah dengan mengebor tanah-memasang casing- memasang

tulangan lalu dicor. memikul gaya gaya besar dimana jika memakai tiang pancang akan tidak

ekonomis. dalam fly over tidak mengganggu lalu lintas sekitar, pelaksanaan lebih sulit.

perbedaan lereng yang dihasilkan dari penggaluian dengan lereng yang dihjasilkan dari

penimbunan, pada penggalian, tegangan efektif menurun, stabilitas jangka panjang berbahaya.

pada penimbunan, tengangan efektif naik, stabilitas jangka pendek berbahaya.

hal-hal yang mempengaruhi stabilitas lereng : kuat geser tanah, kemiringan tanah, tekanan

air pori, kondisi pembebanan

metode perbaikan lereng : sudut kemiringan lereng dibuat lebih landai, H *tinggi lereng)

diperkecil, tanah diperbaiki*stabilisasi tanah untuk menaikkan kuat geser tanah), dengan

cara grouting, stabilisasi dengan campuran bahan lain. memakai dinding penahan

tanah/perkuatan, geotextile, tanah dibungkus sehingga desakan tanah dapat ditahan dengan

itu. soil nailing, membor lobang yang akan di cor miring pada lereng.

buat pondasi dangkal, B lebih ngaruh dibanding kedalaman
gradasi = persebaran besar butiran tanah.
sensitivitas tanah = membandingkan qu asli dengan remolded
batas cair tanah = batas antara kondisi plastis - cair

uji triaksial, berlawanan dengan uji geser langsung, bidang keruntuhan pada benda uji dalam

uji triaksial tidak dapat ditentukan sebelumnya. kekuatan geser tanah tergantung pd

besarnya teg air pori dan terjadi selama uji berlangsung. tegangan air pori berkurang

mengakibatkan adanya aliran air dari dan ke dalam benda uji.

penurunan konsolidasi, hasil perubahan vol tanah akibat keluarnya air dari pori2 tanah.
penurunan segera, akibat dr deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air tanpa

perubahan kadar air.

air

Pada persamaan chezy, C adalah koefisien Chezy yang tergantung dari kedalaman dasar sungai

dan kekasaran. Kecepatan aliran sangat bervariasi, variabilitas disebabkan karena

turbulensi, friksi pada dasar sungai dan belokan-belokan sungai
Parameter yang menunjukkan friksi diantara badan air dan badan sungai disebut friction

velocity (V*) . V*
Kecepatan rata-rata sepanjang sungai : V = Q


Siklus Hidrologi
Jumlah air di permukaan bumi relatif tetap, hal ini dikarenakan air senantiasa bergerak

dalam suatu lingkungan peredaran yang dinamakan siklus (daur).
Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air yang berurutan secara

terus menerus.

Siklus hidrologi terdiri dari :
1. Siklus Pendek (Kecil)
2. Siklus Sedang
3. Siklus Panjang (Besar)


Siklus Pendek
Siklus pendek adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :

Penguapan air laut karena pemanasan matahari di permukaan laut
Air laut mengalami perubahan bentuk menjadi gas
Terjadi kondensasi
Pembentukan awan
Turun hujan
Hujan jatuh di permukaan air laut.
Siklus pendek menghasilkan hujan di atas permukaan air laut.

Siklus Sedang
Siklus sedang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :
Penguapan air laut
Kondensasi
Angin menggerakkan uap air menuju daratan
Pembentukan awan
Turun hujan di daerah daratan
Air hujan akan mengalir kembali ke laut melalui sungai

Siklus Panjang
Siklus panjang adalah proses peredaran atau daur ulang air dengan urutan sebagai berikut :
Penguapan
Sublimasi
Terbentuk awan yang mengandung kristal es
Angin menggerakan kristal es ke daratan
Turun hujan es ( hujan salju)
Pembentukan gletser
Gletser yang mencair membentuk aliran sungai
Air sungai mengalir menuju daratan.

3 persamaan dasar mekflu
bernaulli : P1/gm +v1^2/2g+ Z1 = P2/gm + V2^2/2g+Z2
kontinuitas : Q1 = A1.V1, Q1=Q2
Darcy weisbach, untuk menghitung kerugian tinggi tekan aliran pipa yang merupakan faktor

gesekan. hf = f.L/D.V^2/2G

perbedaan aliran melalui pipa dan saluran terbuka : aliran pada pipa ( profil kecepatan

berbentuk parabolik karena adanya tegangan geser dinding pipa yang mengakibatkan kecepatan

fluida dekat dinding pipa berkurang). aliran terbuka (profil kecepatan berbentuk setengan

parabolik karena tidak ada tegangan geser pada dinding pipa sehingga kecepatan fluida yang

tidak memiliki dinding pipa lebih cepat).

bilangan reynold = bilangan yang menunjukkan kecendrungan pola suatu aliran apakah laminar

atau turbulen. rumus dasar bilangan reynold = R = u.l.p/miu, u = kec. karateristik, l =

panajng karateristik, p = rho kerapatan massa, miu = viskositas.

aliran laminer, RE<2000
aliran transisi, 2000aliran turbulen, RE>4000

hukum stokes, yang membahas mengenai tegangan-tegangan geser partikel fluida yang disebut

viskositas. persamaan dasar = tao = miu. du/dy
rumus chezy, C = (Cm/n).R^(1/6) , V = C.(RS)^.5 , R = jari jari hidroaulik.

rumus manning, konstanta yang mendefinisikan kekasaran saluran.
V = (Cm/n).R^(2/3).S^.5
rumus Blasisus, f = 0,316 / R^.25

aliran turbulen, aliran yang partikel partikel fluida bergerak dalam lintasan lintasan yang

sangat tidak teratur.. aliran laminer, aliran yang partiket fluida bergerak sepanjang

lintasan lintasan yang halus serta lancar dalam lapisan lapisan, dimana lapisan satu dengan

lapisan yang lainnya meluncur secara mulus pada lapisan yang bersebelahan.. aliran stedi

steadi steady, terjadi bila kondisi kecepatan dan debit di titik mana pun di dalam fluida

tidak berubah dengan waktu dv/dt=0.. aliran tak stedi, terjadi bila kondisi kecepatan dan

debit di titik mana pun dalam fluida berubah terhadap waktu.. aliran seragam, bila

kedalaman air dalam saluran konstan, jika berubah ubah kedalaman air tersebut disebut

aliran tidak seragam.. aliran satu dimensi, aliran yang mengabaikan variasi atau perubahan

kecepatan, tekanan, dan sebagainya dalam arah tegak lurus terhadap arah aliran utama.

saluran prismatik, saluran yang penampang melintangnya dibuat tudak berubah ubah.. jari

jari hidrolik, rasio luas basah dengan keliling basah, R = A/P.. kedalaman hidrolik, rasio

luas basah dengan lebar puncak, R = A/T.. aliran kritis, bilangan froude rasio gaya inersia

dengan gaya tarik bumi, F=1, tinggi kecepatan sama dengan setengah dari kedalaman

hidraulik.

mencari penampang hidraulik terbaik, penampang memiliki keliling basah paling minimum untuk

mengalirkan debit tertentu. nyatakan fungsi P dari variabel, masuk ke rumus manning dengan

R = P/A, debit, kemiringan, dan koefisien kekasaran dinyatakan dalam konstanta K, rumus

akhir merupakan fungsi dari luar, keliling dan jari2 hidraulik, masukkan rumus akhir ke

fungsi variabel P, cari dP/dy = 0, didapat hubungan y dan b.

mengisi data hujan yang hilang : rata rata aljabar, cara rata rata aljabar maksudnya adalah

memperkirakan data curah hujan yang tidak lengkap dengan menghitung rata rata curah hujan

dari stasiun stasun yang terdekat dengan stasiun yang ditinjau pada waktu yang sama.

stasiun D mengambil rata2 dari stasiun A B C. cara tersebut berlaku apabila perbedaan

antara data hujan pada stasiun terdekatuntuk jangka waktu tahunan rata rata < 10%..

perbandingan ratio normal, bila ternyata perbedaan data hujan untuk jangka waktu tahunan

rata rata antara stasiun hujan yang terdekat > 10%, maka cara ini lebih dianjurkan. Hd =

1/3(Nd.Ha/Na +...), N tuh hujna tahunan rata rata.. kebalikan kuadrat jarak, metode ini

digunakan oleh US National Weather service untuk peramalan debit sungai. dengan

memperkirakan hujan pada suatu stasiun sebagai rata rata berbobot dari 4 stasiun yang

terdekat, dimana masing masing terdapat dalam kuadran yang dibatasi oleh garis

uatara-selatan dan timur barat melalui stasiun yang bersangkutan. H1/R1kuadrat+.. /

(1/R1^2+1/R2^2..)

langkah langkah analisis data hujan, mulai, pembacaan data daerah jstasiun jtahunan,

stasiun, lintang, bujur, data hujan, proses perhitungan jumlah data kosong, penulisan hasil

persentasi data kosong tiap stasiun, proses perhitungan jarak antar stasiun, penulisan

hasil jarak antar stasiun, untuk tiap stasiun dan tiap bulan, proses sortir, jarak terdekat

terhadap 3 stasiun yang mempunyai data, proses pengisian data kosong, penulisan hasil data

hujan yang dilengkapi, pembacaan data bobot wilayah polygon thiessen, proses perhitungan

hujan wilayah, penulisan hasil hujan wilayah, hutung hujan wilayah lagi, analisis

homogenitas, selesai.

uji homogenitas curah hujan, untuk mengetahi apakah data dari stasiun curah hujan mempunyai

sifat yang serupa satu sama lain atau tidak. lengkung intensitas hujan, intensitas hujan

rencana adalah besarnya curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut

berkonsentrasi. lengkung intensitas hujan merupakan hubungan antara lamanya lengaliran

(menit), dan intensitas hujan (mm/jam).. lengkung intensitas hujan sintetik, formula dr

mononobe, untuk data curah hujan harian maksimum. lengkung intensitas hujan realistik,

formula talbot dan sherman, untuk data curah hujan menitan.

hidrograf, adalah grafik yang menyatakan hubungan antara elevasi muka air atau debit dengan

waktu. Qp = C.A.R0/3,6/(0,3Tp+T0,3), qp = debit puncak banjir (m3/s), R0 = hujan satuan mm,

Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir. T0,3 = waktu yang diperlukan

oleh oenurunan debut daru debut puncak sampai menjadi 30% dari debut puncak (jam).

efisiensi irigasi diperhitungkan dalam kebutuhan air karena pada kenyataannya terjadi

kehilangan air akibat terjadinya rembesan dan evaporasi yang terjadi di saliran irigasi.

rumus efisiensi n = Qsawah / Qintake. debut andalam intake = c.q.A=c.NDR/q.A.. kebutuhan

air padi, NFR = ET + P + WLR - R0, wlr = water layer displacement = kebutuhan lapisan air

agar tinggi lapisan air tetap selama pertanaman. RO = curah hujan efektif (70% R80), adalah

sejumlah curah hujan yang dapat dimanfaatkan di daerah irigasi yang bersangkutan. P =

perkolasi.

Air irigasi dapat diberikan dengan 3 cara : irigasi permukaan, mengalirkan air ke lahan

pertainan dari bangunan sadap.. irigasi dibawah permukaan dengan menggunakan aliran

permukaan.. irigasi curah, memberikan air untuk tanaman non padi dengan cara curahan.

bangunan bangunan air, bangunan utama, bangunan pengelak, membelokan air sungai ke jaringan

irigasi dengan cara menaikkan muka air di sungai, bangunan pengambilan, membelokkan air

irigasi dari sungai, bangunan pembilas, mencegah masukknya bahan sediment kasar ke dalam

jaringan irigasi, kantong lumpur, mengendapkan fraksi fraksi sedimen yang lebih besar dari

pasir halus.

siklus hidrologi, evaporasi, proses penguapan air langsung dari permukaan air ke udara..

presipitasi, preubahan uap air menjadi hujan atau salju.. transpirasi, proses pengupan air

dari permukaan daun (tumbuh2an).. aliran permukaan, aliran di permukaan tanah.. aliran

dibawah permukaan, aliran dibawah permukaan yang akhirnya muncul ke permukaan dan bergabung

dengan aliran permukaan.. aliran air tanah, aliran yang jauh dibawah permukaan tanah dan

laa sekali muncul ke permukaan tanah.

perbandingan bendungan bendung
1. fungsi, untuk menampung air yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan, untuk

meninggikan muka air
2. daerah irigasi, setelah melewati bendungan, sebelum melewati bendungan
3. ukuran, tinggi relatif besar, trealtif tidak tinggi
aliran air, melalui saluran intake, melalui bagian atas pelimpah

















struktur

Flat slab : sistem pelat lantai beton, tanpa balok, menggunakan drop panel, bagus utk arsitek & ME karena lebih banyak space di daerah ceiling, hemat bekisting. Kekurangannya, kurang efektif memikul beban gempa, tebal pelat sedikit lebih tebal dari pelat konvensional.
Flat plate: idem, tapi tidak pakai drop panel, melainkan kapital
Ada 3 persyaratan suatu struktur: strengh, stability, serviceability. Strength adalah kekuatan. Stability meliputi DOF, tahanan thd guling, puntir, sliding, dll. Serviceability meliputi lendutan, vibrasi, simpangan antar lantai, dll.

regangan baja sama beton sama jadi baja bisa kerja nerima tarik.
1.menghitung gaya tarik total, T = As.fy
2.menyamakan gaya tekan total C = 0,85fc.ab dengan As.fy sehingga bisa dihitung nilai a. dalam persamaan ini ab adalah luas daerah yang diasumsikan menerima tekan sebesar 0,85fc. gaya tekan c dan gaya tarik T harus sama besar untuk mempertahankan keseimbangan gaya pada penampang
3.menghitung jarak antara titik berat T dan C untuk penampang persegi, jarak ini sama dengan d-a/2
4. menghitung Mn yang besarnya sama dengan T atau C dikalikan jarak antara pusat-pusat titik beratnya.

transport

Uraian
Lapisan aspal beton (Laston) merupakan suatu lapis permukaan konstruksi jalan terdiri dari

campuran
aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan

dalam
keadaan panas pada suhu tertentu.

Sifat-sifat ,
Sebagai lapis permukaan perkerasan jalan,LASTON mempunyai
sifat-sifat :
-mempunyai nilai structural
-kedap air
-mempunyai stabilitas tinggi
-peka terhadap penyimpangan perencanaan dan pelaksanaan.

Komposisi Umum Campuran
Campuran LASTON terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal. Agregat yang

terdiri dari
beberapa fraksi harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai sehingga didapatkan gradasi
campuran yang dipersyaratkan dalam spesifikasi. Terhadap agregat ini ditambahkan aspal

dalam
jumlah tertentu sebagaimana ditentukan dalam spesifikasi ini.

Penentuan Jumlah Aspal
Jumlah aspal dalam presentase berat, yang harus ditambahkan pada agregat biasanya berkisar

antara
4 sampai 7 persen berat agregat kering. Presentase pasti untuk pelaksanaan harus ditetapkan

oleh
Direksi atas dasar percobaan laboratorium dan analisa saringan agregat yang akan digunakan.

Perkerasan lentur dan sebutkan tiap bagian serta fungsinya
surface
subbase
base
subgrade

VJP diketahui, k diketahui, LHR = k . VJP

faktor yang mempengaruhi kualitas aspal = titik leleh dan titik bakar, titik lembek.

Tahapan yang paling krusial dalam menghasilkan kualitas aspal dan jalan yang baik adalah si

pelaksana (kontraktor) dalam membuat jobmix design dan jobmix formula haruslah sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bina Marga, artinya dalam skala lab (sebelum

hotmix dibuat dalam skala besar) campuran aspal, abu (filler), batu (aggregate) haruslah

ideal serta campuran aspal tidak boleh terlalu sedikit atau berlebih, dimana hal itu akan

sangat berpengaruh terhadap kualitas hotmix yang akan digelar (sedikit campuran akan

berakibat aspal akan mengelupas/rutting, bila kebanyakan akan bergelombang/bleeding).

Faktor lainnya yang turut mempengaruhi kualitas aspal/jalan adalah pada tingkat pelaksana,

ada satu kebiasaan yang kurang baik ketika aspal digelar dengan finisher lantas dipadatkan

dengan TR, sisa hotmix yang tidak terpadatkan biasanya oleh para pekerja dikumpulkan

kembali dan dikembalikan ketengah hotmix yang sudah dipadatkan tadi untuk dipadatkan kedua

kalinya, dan ini akan mengakibatkan segregasi (kerapatan dari pamadatan aspal sudah tidak

standar lagi dan menimbulkan celah walau kecil hal ini akan membuat air (bila hujan) masuk

kedalam pori-pori aspal dan akan terus menyusup kedalam seiring terjadinya beban lintasan

yang terus menerus oleh kendaraan, air ini akan melepaskan ikatan aspal dengan aggregate,

yang lambat laun akan membuat lubang dari kecil hingga menjadi besar.
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan

jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan

peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga

disebut sebagai jalan protokol.Jalan arteri sekunder menghubungkan :
kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu.
antar kawasan sekunder kesatu.
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh)

km per jam.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan

ini.
Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai

dengan volume lalu lintasnya.
Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu lintas

rata-rata.
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak dizinkan

pada jam sibuk.
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu

lintas, lampu jalan dan lain-lain.
Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem sekunder yang

lain.
Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat

lainnya.
Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan kelas

jalan yang lebih rendah.



Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau

antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer

disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk

pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa

distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat

kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura yang menghubungkan

antara Sumatera dengan Jawa diMerak, Jakarta, Semarang, Surabaya sampai dengan Banyuwangi

merupakan arteri primer.

Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut :
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh)

kilometer per jam (km/h);
Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter;
Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung minimal

500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling luas lahan harus di atas 1000

m2, dengan pemanfaatan untuk perumahan;
Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan

volume lalu lintas dan karakteristiknya;
Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan, lampu

lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain;
Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat

lainnya;
Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya dilengkapi

dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik);
Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka pada

jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan juga jalur khusus

untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll).


Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu

jalanalternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak

dari satu tempat ke tempat lain.Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan

bebas hambatan, meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua

jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini dinamakan freeway

atau expressway(free berarti "gratis", dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang

memerlukan bayaran yang dinamakan tollway atau tollroad (kata toll berarti "biaya")).

Satuan mobil penumpang disingkat SMP adalah satuan kendaraan di dalam arus lalu lintas yang

disetarakan dengan kendaraan ringan/mobil penumpang, dimana besaran SMP dipengaruhi oleh

tipe/jenis kendaraan, dimensi kendaraan, dan kemampuan olah gerak. SMP digunakan dalam

melakukan rekayasa lalu lintas terutama dalam desain persimpangan, perhitungan waktu alat

pengatur isyarat lalu lintas(APILL), ataupun dalam menentukan nisbah volume per kapasitas

jalan (V/C) suatu ruas jalan. Di Amerika dan Eropa, satuan mobil penumpang dikenal dengan

istilah passenger car unit atau PCU atau passenger car equivalent (PCE).

Lalu lintas harian rata-rata disingkat LHR adalah volume lalu lintas yang dua arah yang

melalui suatu titik rata-rata dalam satu hari, biasanya dihitung sepanjang tahun. LHR

adalah istilah yang baku digunakan dalam menghitung beban lalu lintas pada suatu ruas jalan

dan merupakan dasar dalam proses perencanaan transportasi ataupun dalam pengukuran polusi

yang diakibatkan oleh arus lalu lintas pada suatu ruas jalan.

Secara Makroskopik arus lalu lintas digambarkan/ dicirikan oleh 3 parameter utama :
1.
Volume atau tingkat arus(volume or rate of Flow) 2. Kecepatan (Speed) 3. Kerapatan

(Density)
Selain itu digunakan pula parameter headway (h), spacing (s), danoccupancy ( R).
Terkait padaheadway danspacing ada parameter clearance (c) dangap (g).

VOLUME HARIAN • Definisi : Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintas suatu

titik pengamatan diatas jalan atau lajur atau arah dari jalan, selama satu interval waktu

tertentu. • Satuan volume lalu lintas adalah kendaraan per satuan waktu, satua watu yang

sering digunakan sebagai dasar perencanaan adalah hari (lintas harian). • Average annual

daily traffic (AADT) adalah volume lalu lintas rata-rata 24-jam pada suatu lokasi selama

setahun penuh 365 hari – yaitu, total jumlah kendaraan yang melintasi suatu lokasi dalam

setahun dibagi 365. • Average annual weekday traffic (AAWT) adalah volume lalu lintas

rata-rata 24-jam yang berlangsung selama hari kerja (weekdays) selama setahun. Volume ini

mempertimbangkan
bahwa volume selama hari libur (weekend) kecil, sehingga tidak diperhitungkan untuk
menggambarkan rata-rata harian.AAWT dihitung dengan cara membagi total lalu lintas harian
selama setahun dengan 260.
• Average Daily Traffic (ADT) adalah volume lalu lintas rata-rata 24-jam pada lokasi

tertentu untuk suatu perioda waktu tertentu yang kurang dari setahun. JikaAADT adalah untuk

setahun penuh, ADTmungkin diamati dan diukur untuk 6 bulan, satu musim iklim, satu bulan,

satu minggu, atau sesingkat seperti dua hari. AngkaADT hanya valid untuk periode selama

sesuai dengan ketika angka itu diamati. • Average weekday traffic (AWT) adalah volume lalu

lintas rata-rata 24-jam yang berlangsung selama hari kerja untuk suatu periode waktu yang

kurang dari setahun, misalnya sebulan, atau semusim iklim. Hubungan antaraAAWT danAWT

analog dengan hubungan antaraAADT dan ADT. Satuan untuk volume harian adalah kendaraan/hari

(vpd = vehicles per day). Volume harian tidak
memisahkan untuk lajur ataupun arah, tetapi untuk keseluruhan fasilitas (ruas jalan) pada

suatu
lokasi tertentu.

VOLUME JAM-an (hourly volumes) •Volume harian dapat digunakan untuk perencanaan (planning)

tetapi tidak cukup untuk digunakan untuk tujuan disain (design) dan analisis operasional.

•Volume lalu lintas harus dipertimbangkan bervariasi sepanjang 24 jam, dan sering secara

periodik terjadi volume maksimum pada jam sibuk pagi hari dan petang hari (adanyacommuter =

pergerakan para pekerja kota yang tinggal di pinggir dan luar kota). •Suatu jam tertentu

dalam suatu hari yang memiliki volume jam-an tertinggi disebut sebgai “jam-puncak”. Volume

lalu lintas pada jam ini menjadi perhatian besartraffic engineer dalam disain atau analisis

operasional. •Volume jam puncak adalah volume ber-arah, yaitu volume lalu lintas pada

masing- masing arah, atau volume lalu lintas dimana arah dipisahkan.
•Jalan harus didisain dapat menampung volume lalu lintas pada jam puncak
•Volume lalu lintas jam puncak digunakan dalam analisis operasional: pe

ESTIMASI VOLUME JAM-an DARI VOLUME HARIAN •Dalam disain, volume jam puncak kadang-kadang

diperkirakan dari proyeksi volume harian, menggunakan hubungan berikut : DDHV= AADTx Kx D

Dimana : DDHV= directional design hour volume(volume berarah jam disain) [vph vehicles per

hour, kendaraan per jam] AADT= average annual daily traffic [vpd], lalu lintas harian

rata-rata (LHR) [kendaraan per jam] K= proporsi lalu lintas harian yang terjadi/berlangsung

pada jam-puncak, diekspresikan sebagai bilangan desimal. D= proporsi dari lalu lintas

jam-puncak yang berjalan diatas arah puncak (peak direction), diekspresikan sebagai

bilangan desimal
faktorK danD biasanya dihitung berdasarkan karakteristik lokal atau regional.
Faktor K berkurang dengan bertambahnya pembangunan jalan
Faktor D lebih variabel, tergantung pada pembangunan dan hubungan spesifik antara
fasilitas (jalan) yang ditinjau dengan zona pembangkit perjalanan tertentu (pemukiman, pasa

CONTOH ESTIMASI VOLUME JAM-PUNCAK •Misalkan suatu ruas jalan luar kota denganAADT yang

diproyeksikan dalam 20 tahun
kedepan akan mencapai 32.000 kendaraan/hari. Untuk jalan luar kota di wilayah/
lokasi ini, telah diketahui bahwa lalu lintas jam-puncak saat ini adalah mendekati 20%
dari AADT, dan bahwa arah puncak (peak direction) secara umum menampung 70%
dari lalu lintas jam-puncak.
Aproksimasi lintas harian rata-rata (LHR) dapat diestimasi sebagai: LHR =AADT xK xD =

32.000 x 0.20 x 0.70 = 4480 kendaraan/jam

PEAK-HOUR FACTOR (PHF) •Untuk perioda 15 menit-an, nilai PHF maksimum adalah 1.00, yang

terjadi ketika
volume di setiap 15 menitan semuanya sama, dan nilai minimum adalah 0.25, terjadi
ketika volume jam-an terjadi di salah satu interval 15 menitan, di tiga interval lainnya
kosong atau nol.
•Rentang normal dari nilai PHF adalah antara 0.70 dan 0.98, dimana nilai yang lebih rendah

menunjukan derajat yang lebih besar dari variasi arus selama jam puncak. •PHF secara umum

mendeskripsikan karakteristik bangkitan-perjalanan dan dapat diterapkan untuk suatu area

atau bagian dari jalan atau sistem jalan. •Ketika nilai PHF diketahui, dapat digunakan

untuk mengkonversi volume jam-puncak menjadi suatu perkiraan tingkat puncak arus didalam

suatu jam : HV F=--------- PHF
dimana:
F
= tingkat puncak dari arus dalam satu jam (kendaraan/jam) peak rate of flow within hour HV=

volume puncak jam-an (kendaraan/jam) peak hourly volume PHF = peak-hour facto

KECEPATAN dan WAKTU TEMPUH PERJALANAN •Definisi kecepatan dan waktu tempuh yang diperlukan

adalah yang sesuai dengan karakteristik gerakan kendaraan secara nyata di atas jalan,

dimana kondisinya di suatu lajur jalan tidak selalu hanya terdapat satu kendaraan, atau

dengan kata lain tidak sederhana seperti meninjau gerak satu benda di suatu lintasan bebas

(dalam fisika dikenal satu definisi kecepatan dalam persamaan gerak atauequation of

motion). •Untuk dapat menjelaskan situasi dan fenomena gerakan kendaraan-kendaraan di atas

jalan (arus lalu lintas) di bentuk lebih dari satu definisi dan formula kecepatan, yang

dasarnya sama seperti pengertian kecepatan dalam persamaan gerak (fisika) yaitu jarak yang

ditempuh dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak itu. •Untuk menjelaskan

karakteristik arus lalu lintas diturunkan beberapa definisi kecepatan yaitu: –kecepatan

sesaat (Spot speed )
–kecepatan rata-rata waktu (Time mean speed )
–kecepatan rata-rata ruang (Space mean speed )
–kecepatan total perjalanan (Overall speed)
–Kecepatan berjalan perjalanan (Running speed)
–Kecepatan arus bebas (Free flow speed)


KECEPATAN RATA-RATA RUANG (SPACE MEAN SPEED) •Kecepatan adalah laju pergerakan, yaitu jarak

per satuan waktu •Kecapatan rata-rata ruang (space mean speed) memperhitungkan rata-rata
berdasarkan lama waktu yang dipergunakan setiap kendaraan pada panjang ruas
jalan tertentu atau di dalam “ruang”.
contoh : kendaraan 1 menempuh jarak 120m dalam 8 detik, kendaraan 2 dalam 4 detik,

kendaraan 3 menempuh jarak yang sama dalam 4,8 detik, berapa kecepatan rata-rata ruang

kedua kendaraan ?
jawab:
waktu tempuh rata-rata =( 8 + 4 + 4,8 )/3 = 5,6 detik
kecepatan rata-rata ruang = 120/ 5,6 = 21,43 m/deti


?
KECEPATAN RATA-RATA WAKTU •Kecepatan yang diukur ketika kendaraan melintas di suatu titik

atau sepotong
segmen (pendek) dari jalan, disebut kecepatan sesaat, atauspot speed, disebut pula
kecepatan spot. Misalkan dari contoh ilustrasi diatas, tercatat tiga kendaraan
melintas, kendaraan 1 melintas dengan kecepatan 15 m/detik, kendaraan 2 melintas
dengan kecepatan 30 m/detik, dan kendaraan 3 melintas dengan kecepatan 25
m/detik. Ketiga nilai kecepatan yang tercatat adalah kecepatan sesaat atauspot
speedmasing-masing kendaraan. •Kecepatan rata-rata waktu (time mean speed) adalah rata-rata

aritmetik dari kecepatan spot (spot speed), ditulis dengan rumus Vi = sigma V (dari i sampe

n) / n

OVERALL SPEED dan RUNNING SPEED •Overall speed danrunning speed adalah ukuran dalam konteks

peninjauan
lintasan perjalanan yang cukup panjang antar suatu titik asal menuju titik
tujuan. Ukuran-ukuran ini digunakan dalam studi tentang waktu tempuh
perjalanan, untuk mengevaluasi perbandingan tingkat pelayanan dua
lintasan rute yang berbeda
•Overall speed adalah jarak perjalanan dibagi waktu total yang dibutuhkan
mulai dari berangkat dari tempat asal sampai tiba di tempat tujuan,
termasuk waktu tunda, atau waktu berhenti karena ada gangguan,
termasuk waktu antri di persimpangan jalan
•Running speed adalah total jarak yang ditempuh dibagi total waktu
kendaraan selama bergerak, wkatu ketika kendaraan berhenti dulu atau
diam, tidak dihitung (tidak dijumlahkan).

KECEPATAN ARUS BEBAS •Kecepatan arus bebas (free flow speed), adalah ukuran yang

‘dibuat’untuk menjadi
bagian dari pengukuran ‘kapasitas’ jalan. Terdapat definisinya dalam manual
kapasitas jalan (Indonesia:MKJI, Amerika: Highway Capacity Manual, HCM , terakhir
MKJI ’97 dan HCM 2000)
•Kecepatan arus bebas, adalah suatu batas kecepatan pada kondisi dimana setiap
kendaraan dapat memilih kecepatannya dengantanpa hambatan adanya kendaraan
lain
•Free-flow speed (1) The theoretical speed of traffic, in kilometers per hour, when density

was zero, that is, when no vehicles are present; (2) the average speed of
vehicles over an urban street segment without signalized intersections, under
condition of low volume; (3) the average speed of passenger cars over a basic
freeway or multilane highway segment under conditions of low volume. (HCM, 2000)
•Jadi kecepatan arus bebas bukan hasil pengukuran, hanya teoritis, bukan karakteristik arus

lalu lintas, dibutuhkan untuk pengukuran kapasitas jala

VOLUME, TINGKAT ARUS, KEPADATAN, KECEPATAN •Volume dantingkat arus adalah dua ukuran

berbeda. Volume adalah jumlah sebenarnya dari kendaraan yang diamati atau diperkirakan

melalui suatu titik selama rentang waktu tertentu. Tingkat arus (rate of flow) adalah

jumlah kendaraan yang melalui suatu titik dalam waktu kurang dari 1 jam, tetapi

diekivalenkan ke tingkat rata-rata per jam. Telah dibahas dalam contoh diatas, volume

kendaraan lewat 900 kendaraan dalam 15 menit, tingkat arusnya adalah 3600 kendaraan/jam

•Kepadatan (density) atau konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang
tertampung suatu segmen jalan dengan panjang tertentu, di rata-ratakan terhadap
waktu, dinyatakan dengan kendaraan per mil (atau km). Jika akan dihitung nyata
secara langsung diperlukan foto udara, tetapi dapat pula secara lebih mudah
dihittung jika telah ada informasi kecepatan dan tingkat arus :
q=vxk dimana : q=tingkat arus [kendaraan/jam]
v= kecepatan tempuh rata-rata [km/jam] = kecepatan rata-rata ruang
k = kepadatan rata-rata [kendaraan/km]

CONTOH KEPADATAN, SPACING, HEADWAY •Contoh soal kepadatan: suatu ruas jalan pada suatu saat

mengalami tingkat arus
1800 kendaraan/jam dan kecepatan tempuh rata-rata 60 km/jam, maka
kepadatannya adalah:
k = 1800/60 [(kendaraan/jam) / (km/jam)] = 30 kendaraan/ km •Spacing (s) adalah jarak

antara dua kendaraan berurutan dalam aliran lalu lintas
yang diukur dari bemper depan kendaraan dengan bemper depan kendaraan
dibelakangnya.
Spacing antar kendaraan disuatu lajur dapat diamati melalui foto udara •Headway adalah

waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan.

Headway antar kendaraan-kendaraan dapat dihitung dengan pengamatan menggunakanstowatch

•Spacing danheadway berhubungan dengan kecepatan, tingkat arus, dan kepadatan •Jarak antar

kendaraan di dalam aliran lalu lintas dinyatakan dengan kepadatan, yang
merupakan parameter penting dalam menjelaskan kebebasan bermanuver dari
kendaraan (freedom of maneuverability).


TINGKAT HUNIAN LAJUR(LANE OCCUPANCY) •Tingkat hunian lajur (lane occupancy) adalah salah

satu ukuran yang digunakan untuk pengawasan jalan tol, R = jumlah dari panajng kendaraan /

panjang bagian-jalan
CONTOH HITUNGANOCCUPANCY •Lima kendaraan, dengan panjang 18,18,20,21,dan 22 ft, berada di

jalan tol yang panjangnya 600 ft. Berapakah pengisian lajur dan kepadatan jalan tol

tersebut ? • Jawaban: R = (18+18+20+21+22)/600 = 0,165 panjang rata-rata kendaraan =

(18+18+20+21+22)/5 = 19,8 ft k= 0,165 x (5280/19,8) = 44 kendaraan /m



CLEARANCE, GAP, HEADWAY •Clearance dan gap berkaitan dengan parameter spacing (ft) dan

headway (detik)’
Keempat variabel ini terlihat pada gambar 5.2. Selisih antara spacing dan clearance
jelas adalah panjang rata-rata kendaraan (ft). Selisih antara headway dan gap adalah
ekivalen waktu dari panjang rata-rata sebuah kendaraan (L/v)
g = h-L/v dan c = g.v g= gap rata-rata (detik)
L= panjang kendaraan rata-rata (ft)
c= spacing rata-rata (ft)
h= headway rata-rata (ft)
v= kecepatan rata-rata (ft/detik)

CONTOH PERHITUNGAN UNTUK CLEARANCE, GAP, HEADWAY • Dimana: xi = jarak yang ditempuh oleh

kendaraan ke-i di dalam domain ruang-waktu ti = waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan ke-I

untuk menempuh domain ruang waktu A= luas domain ruang-waktu A = 1000 x 25 = 25.000

ft-detik q = 6940 kendaraan-ft/ 25.000 ft-detik = 0,277 kendaraan/detik= 977 kendaraan/jam

[ 1 jam = 3600 detik ] k= 193 kendaraan-detik/ 25.000 ft-detik =7,72 x 10-3kendaraan/ft =

40,75 kendaraan/ mil [ 1 mil = 5278,87 ft] vs=6940 kendaraan-ft/ 193 kendaraan-detik =35,96

ft/detik =24,52 mil/ja

cant is often referred to as cross slope or camber. It helps rainwater drain from the road

surface. Along straight or gently curved sections, the middle of the road is normally

higher than the edges. This is called "normal crown" and helps shed rainwater off the sides

of the road. During road works that involve lengths of temporary carriageway, the slope may

be the opposite to normal – i.e. with the outer edge higher – which causes vehicles to lean

towards oncoming traffic: in the UK this is indicated on warning signs as 'adverse camber'.

Daerah Manfaat Jalan disingkat DAMAJA merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh

lebar tinggi dan kedalaman ruang batas tertentu. Ruang tersebut diperuntukkan bagi median,

perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang

pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap

lainnya.
Lebar Damaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0

meter dan kedalaman mimimum 1,5 meter diukur dari permukaan perkerasan.


Daerah Milik Jalan (Damija)
Ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh

pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku; daerah milik jalan diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan dan pelaksanaan jalan

maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan

jalan.(KD. No.43/AJ.007/DRJD/97)

data yang dipakai untuk perancangan geometrik jalan : peta topografi peta kontur

(berkontur, tidak lebih kecil dari 1:10000, perbedaan garis kontur tidak lebih dari 5m),

peta geologi (informasi daerah labil / stabil), peta tata guna lahan (informasii ruang

perntukan jalan), peta jaringan jalan yang ada. , peta hidrologi

berdasarkan waktu tembh di lengkung peralihan (LS), LS = Vrencana.T/3,6
berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, Ls = 0,022.Vrencana/R/C-2,727 Vrencana.e/C
berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian, Ls = (em-en).Vrencana/3,5/re

lapisan perkerasan : pelat beton (semen), subbase course (lapisan drainase), subgrade

penetrasi (pen) = kedalaman tembus jarum standar dengan berat standar (50/100gr) pada aspal

dalam suhu kamar dalam waktu 5s. aspal pen 70 maksudnya adalah aspal yang memiliki

kedalaman tembus sebesar 7 mm jamur standar pada benda uji aspal dengan beban 100gr pada

suhu 25.
macam2 tes aspal : kekerasan aspal, penetrasi, nilai penetrasi menyatakan kekerasan aspal.
titik lembek, ring and ball, suatu suhu dimana aspal mulai melelehh atau mencair. titik

nyala dan titik bakar, cleveland open cup, titik nyala adalah suhu terendah dimana percikan

api pertama kali terjadi, titik bakar adalah suhu dimana aspal mulai terbakar. kuat tarik,

daktilitas, mengukur kelenturan aspal, aspal ditarik sampai putus. berat jenis, piknometer,

nilai berat jenis aspal. kehilangan berat akibat pemanasan, thin film oven test, nilai

kehilangna berat akibat pemanasan. kelarutan aspal, test kelarutan, nilai aspal yang tidak

larut bila >>0,5% -> aspal terkontaminasi. viskositas, tes viskositas, kekentalan aspal.

macam2 test agregat : tes saringan, mengetahui susunan butiran agregat, fraksi agregat

terdiri dari kasar halus filler. berat jenis, berat jenis curah, berat jenis permukaan

jenuh, berat jenis semu, berat jenis efektif, penyerapan, penyerapan menyatakan jumlah

aspal yang akan diserap oleh agregat. berat isi, mengetahui berat isi agregat,

berat/volume. tekanan, impact, crushing(tekan), agregat impact value, agregat

crushingvalue,membandingkan berat agregat yang hancur setelah ditumbuk dan gitekan dengan

agregat utuh. keasuan, losangeles. kepipihan dan kelonjongan, diukur dengan alat flakines

indekse,elongation inddeks. untuk mengetahui ikatan pengeisian rongga rongga antar agregat.

pelapukan agregat, soundess, dalm larutan sodium sulfat dan larutan magnesium sulfat

marshall test adalah test yang digunakan untuk mencari nilai-nilai stabilitas flow yang

nantinya akan digunakan untuk mencari kadar aspal optimum
stabilitas adalah kekuatan campuran aspal dalam menahan deformasi akibat beban kendaraan
flow adalah nilai pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai

kadar aspal optimum, fungsi aspal adalah sebagai perekat dan pengisi. maka jumlah aspal

harus optimum, jika jumlah aspal terlalu sedikit akan mengakibatkan kurang berfungsinya

aspla sebagai perekat dan pengisi. hal ini bisa menyebabkan masuknya air ke dalam rongga

sehingga mengakibatkan bleeding.

bagian potongan melintang jalan : damaja, daerah manfaat jalan, dibatasi oleh lebar antara

batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan, tinggi 5 meter diatas permukaan

perkerasan pada sumbu jalan, kedalaman ruang bebas 1,5 di bawah muka jalan. komponen damaja

: badan jalan (2x3,5m), bahu jalan 2,5m,selokan 1,5m
damija, daerah milik jalan, dibatasi oleh lebar yang sama dengan damija ditambah ambang

penngaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5m. komponon damija:

komponen yang ada di damaja, ambang selebar 3m. daerah pengawasan jalan, dawasja, ruang

sepanjang jalan di luar damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu. minimal lebar

dawasja 20m tuk jalan arteri, 15m untuk jalan kolektor, 10m untuk jalan lokal.

jalan arteri, kolektor, lokal : jalan arteri, angkutan umum, akses dibatasi secara efisien,

kecepatan rata rata tinggi, perjalanan jarak jauh. jalan kolektor, angkuran

pengumpuk/pembagian, aksses dbibatasi, kecepatan rata rata sedang, perjalanan jarak sedang.

jalan lokal, angkutan setempat, akses tidak dibatasi, kecepatan rata rata rendah,

perjalanan jarak pendek.

istilah lalu lintas lalin: Lalu lintas harian rata2 tahunan (LHRT) adalah volume lalu

lintas 24 jam rata rata di suatu lokasi selama 265 haru penuh,(jumlah total kendaraan yang

melintas di suatu lokasi dalam 1 tahun dibagi 365).. lalu lintas hari kerja rata rata

tahunan (LHKRT), adalah volume lalu lintas 24 jam rata rata yang terjadi pada hari kerja

selama satu tahun. Lalu lintas harian rata-rata LHR, adalah volume lalu lintas 24 jam

rata-rata di suatu lokasi selama kurang dari satu tahun (bisa 6 bulan 2 bulan 3 hari). LHR

hanya berlaku selama masa periode nilai tersebut diukur.. Lalu lintas hari kerja rata2,

LHKR, adalah volume lalu lintas 24 jam rata-rata terjadi pd hari kerja selama periode

kurang dari 1 tahun.

VJR, volume jam perencanaa, adalah hubungan antara volume jam tertinggi dan LHR di jalan

antar kota. VJR = k/F x LHRT, k = proporsi lalu lintas harian yang terjadi selama periode

puncak. F = faktor fariasi volume lalu lintas dalam stau jam tersibuk.

peak hour factor, faktor jam puncak, PHF = volume jam puncak / tingkat arus maksimum.

trip generation (bangkitan/tarikan perjalanan), suatu pemodelan yang memperkirakan jumlah

pergerakan yang berasal dari suatu zona dan berapa jumlah pergerakan yang akan tertarik

kepada suatu tata guna lahan atau zona.
trip distribution sebaran perjalanan, pemodelan yang dimaksudkan untuk menghitung besarnya

perjalanan di antara zona zona asal tujuan di wilayah studi.

pemilihan moda, modal split, pemodelan yang bertujuan untuk mengetahui proporsi pelaku

perjalanan yang akan menggunakan setiap moda transportasi yang ada di wilayah studi.

route choice, pembebanan perjalanan menurut jenis moda kepada rute rute jaringan di antara

azona asal dan zona tujuan.

pemodelan nutuk menentukan besarnya volume lalu lintas, trip generation, trip distribution,

modal split, route choice / trip assignment.

koreksi, tujuan mengembalikan nilai kekuatan, tingkat keamanan, kenyamanan kekedapan

terhadap air dan pengaliran air. diterapkan pada perkerasan peraspal yang sudah mengalami

keruskana dengan derajat keparahan berat. sifat2 kegiatan koreksi = diselenggarakan sesuai

dengan kejadian di lapangan daerah terbatas mulai permukaan sd tanah dasar mengganti

menambah perkerasan memberikan nilai konstruksi.

proteksi, tujuan untum mempertahankan nilai kekuatan tingkat keamanan kenyamanan kekerasan

kelancaran pengaliran air. diterapkan pada permukaan perkerasan aspal yang sudah menunjukan

gejala akan terjd kerusakan seperti retak kulit buaya, retak susut, penyausan, kegemukan.

evaluasi kondisi perkerasan jalan :
1.ketidakrataan permukaan (roughness), berhubungan dengan sifat fungsional dan struktural

perkerasan , dinyatakan dengna nilai IRI international rougness index. alat pengukur alat

NAASRA, alat bump integraitor, alat laser profile meter..
2lendutan, respon terhadap gaya vertikal yang diaplikasikan pd permukaan perkerasan aspal.

menentukan kondisi strukturan perkerasan. cara : 1 rebound deflection, pengamatan terhadap

respon perkerasan setelah aplikasi beban dihilangkan secara gradual. 2 true deflection,

pengamatan terhadap respon langsung perkerasan pada beberapa contoh aplikasi beban impact

tunggal, pake falling weight deflectometer
3Alur rutting retak cracking, kerusakan struktural. alur adalah perubahan permanen

sepanjang garis tapak akibat dilampainya beban vertikal batas tanah dasar, disebabakan

kelelahan akibat pengulangan beban pada titik yang sama. retak adalah fenomena terlepasnya

ikatan antara material perkerasan akibat dilampai tegangan horizontal antara lapisan

beraspal dan agregat tanpa aspal. disebabkan kelelahan struktur akibat pengulangan beban

dan kkelebihan beban.
sistem manajemen pemeliharaan jalan : RMMS IRMS URMS HDM BMS PMS

stabilitas, marshall test, kekuatan campuran menahan deformasi akibat beban lalu lintas
fleksibilitas, wheel tracking test, kemampuan campura menahan lendutan momen tanpa timbul

retak
durabilitas, marshall immersion test, ketahanan campuran terhadap beban lalu lintas dan

pengaruh cuaca / sifat keawetan
workabilitas, campuran harus mudah dikerjakan untuk mencapai kondisi ini diperlukan

pengaturan campuran terhadap suhu dan metode pemadatan
ekonomis, menggunakan jenis dan kombinasi material dengan biaya termurah

jalur rencana : salah 1 dari jalur jalan lalu lintas yang menampung lalu lintas terbesar

dalam jalur tepi terluar darii jalan berjalur banyak.
umur rencana : jumlah waktu dalam tahun yang dihitung dr jalan tsb dibuka sampai diperlukan

perbaikan ato perlu diberi lapis ulang
IP indeks permukaan, suatu angka yang menunjukkan kualitas jalan yang berkaitan dengan

kondisi jalan.
lalu lintas harian rata rata LHR : jumlah lalu lintas kendaraan selama setahun penuh dibagi

jumlah hari dalam setahun
angka ekivalen E : angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan suatu lintasan

beban sb. tunggal kendaraan terhadap tingkat yang ditimbulkan oleh 1 lintasan beban standar

sumbu tunggal seberat 8,16 ton
LEP lintas ekivalen permulaan : jumlah lalu lintas ekivalen harian rata rata sb tunggal

seberat 8,16 ton rencana yang diduga terjadi pada permulaan umur rencana
LEA pd akhir umur rencana
LET pada tengah umur rencana
LER selama umur rencana, digunakan sbg beban lalu lintas untuk perencanaan
tanah dasar : permukaan tanah asli ato galian timbunan yang dipadatkan dan merukapan

pondasi untuk perletakan lapisan2 perkerasan lainnnya.
lapis pondasi bawah = lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar
lapis pondasi = terletak antar lapis pondasi bawah dan lapis permukaan
lapis permukaan = lapis perkerasan yang paling atas yang menerima beban lalu lintas
daya dukung tanah dasar DDT = suatu besaran yang menyatakan daya dukung atau kekerasan

tanah atau kondisi tanah sebagai fungsi dari CBR
faktor regional = pengaruh lingkungan terhadap perkerasan yang merupakan fungsi kemiringan

jalan dan persentasi kendaraan berat
ITP Indeks tebal perkerasan = angka yang berhubungan dengan penentuan tebal perkerasan

perlengkapan jalan : rambu perintah, larangan, peringatan, petunjuk informasi
marka : marka garis terputus, marka garis penuh, zebra corss , dilarang parkir dll
kerb : bagian dari perlengkapan jalan yang berfunggsi untuk meninggikan permukaan, luar

jalur gerak jalan, disisi, trotoar
trotoar : jalan pejalan kaki agar tidak menggunakan badan jalan yang akan mengganggu

kelancaran lalu lintas serta mempertinggi potensi terjadinya kecelakaan
pengamat tepi : pd segmen jalan arteri kolektor yang sisi2nya dianggap membahayakan jurang,

diletakkan di sebelah luar bahu jalan. t <105cm

Alinemen Vertikal / penampang menmanjang jalan.
Pada gambar akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun, pada perencanaan alinemen vertikal ini di pertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan menperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan jarak pandang dan fungsi jalan. Pemilihan alinemen Vertikal, berkaitan dengan pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus di lakukan.

Kondisi yang baik antara alinemen vertikal dan horinzontal memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan. Perencanaan ini diharapkan dapat miningkatkan umur pada konstruksi jalan tersebut. Selain itu dari segi ekonomis diharapkan dapat menguntungkan.
































drAA

persyaratan agar balok layak?kyny yg penting kalo balok itu bisa menahan gaya dalamnya, terutama gaya dalam momen lenturnya soalnya balok gaya yg dominannya momen, kalo kolom aksial kan..jgn lupa kasi penulangan lentur sama penulangan geser(sengkang)..

(GAK YAKIN)kegagalan yg mgkin terjadi jika:
1.baja=kyny tekuk deh,sifatnya kan daktil
2.beton=crack,sifatnya britle

penulangan tulangan lentur tuh yg memanjang pada balok (sejajar sama panjangnya balok), kalo tulangan geser itu sengkang, ngiket penampang melintangnya.

(GAK YAKIN)profil optimum baja kayanya profil IWF soalnya perbandingan I sama apanya gitu grafiknya bentuknya paling bagus

VIP = K x LHR atau LHR = î-K
K = faktor VIP yang dipengamhi oleh pemilihan jam sibuk beberapa, njalan antar kota atau jalan di dalam kota. Nílai dapat bervariasi antara 10% -15% untuk jalan antar kota, sedangkan untuk jalan dalam kota faktor K akan lebih kecil.

VJP dirumuskan dari hubungannya dengan LHRT dimana hubungan ini diturunkan dari suatu penelitian terhadap distribusi volume lalu-lintas jam-jaman selama satu tahun, karena mencerminkan karakteristik wilayah yang mempengaruhi volume lalu-lintasnya, yaitu K-faktor. VJP dihitung sbb.: VJP = LHRT x K
dimana: K adalah faktor jam sibuk untuk volume jam perencanaan, %. Nilai K bervariasi, misal 6-15%.
Nilai yang rendah sering dipakai untuk jalan yang sudah padat.

april07

Qu = cNc+qNq+0,4BgmNgm

strip = 1,3cNC+qNq+0.5BgmNgm

kotak= 1,3cNc+qNq+0,4BgmNgm

lingkaran=1,3++0.3

Minggu, 27 Juni 2010

pbl02

Konsep Penentuan Garis Pangkal
Landasan Hukum
Survei Garis Pangkal

Karakteristik Zona Maritim berdasarkan UNCLOS 1982
Perairan Pedalaman, Perairan Kepulauan, dan Laut Teritorial
Zona Tambahan
Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen

Karakteristik Laut Daerah berdasarkan UU Otonomi Daerah
Laut Provinsi
Laut Kabupaten/Kota

Penetapan Batas Laut Antar Negara dan Daerah
Prinsip Dasar (Ekuidistan dan Proporsionalitas)
Studi Kasus

Permasalahan Batas Laut
Masalah Batas Negara (Internasional)
Masalah Batas Daerah



Kriteria dan Teknik Penetapan Batas Laut
Konsep Dasar
Delineasi dan Demarkasi Batas Laut
Studi Kasus

PBL01

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2002
TENTANG
DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL
KEPULAUAN INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a. bahwa Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang
dibentuk untuk menindaklanjuti pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang Hukum Laut Tahun 1982 memuat ketentuan bahwa peta yang
menggambarkan wilayah Perairan Indonesia atau Daftar Koordinat Geografis Titik-
titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia, diatur dengan Peraturan Pemerintah;
b. bahwa di samping peta-peta dengan skala yang memadai yang diperlukan bagi
penetapan batas-batas wilayah Perairan Indonesia, Daftar Koordinat Geografis Titik-
titik Garis Pangkal Kepulauan yang menggambarkan batas-batas wilayah perairan
Indonesia dapat segera ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik
Garis Pangkal Kepulauan Indonesia;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
Perubahan Ketiga Undang-undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (LN RI Tahun 1996
No. 73, TLN No. 3647);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS
TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Koordinat Geografis adalah koordinat yang besarannya ditetapkan dalam derajat,
menit, dan detik sudut pada sistem sumbu lintang dan bujur geografis.
2. Garis Air Rendah adalah datum hidrografis peta kenavigasian yang ditetapkan pada
kedudukan rata-rata Garis Air Rendah perbani.
3. Datum Hidrografis adalah muka surutan peta yang merupakan satu referensi
permukaan laut yang dipergunakan untuk melakukan reduksi angka-angka kedalaman
laut padapeta kenavigasian.
4. Peta Navigasi adalah peta laut yang disusun untuk kepentingan kenavigasian di laut
dengan memperhatikan standar internasional, dalam rangka keselamatan pelayaran.
5. Datum Geodetik adalah referensi matematik untuk ,menetapkan koordinat geografis
titik-titik atau untuk pemetaan hidrografis.
6. Arah umum pantai adalah arah rata-rata yang ditunjukkan oleh arah garis-garis pantai
yang memiliki persamaan arah umum di tempat
tertentu.
7. Konfigurasi umum kepulauan adalah bentuk tata letak pulau-pulau atau kelompok
pulau-pulau terluar atau karang kering terluar dan elevasi surut terluar satu sarna lain
yang menggambarkan konfigurasi tertentu.
8. Lintang dan Bujur adalah sistem referensi sumbu koordinat geografis permukaan
bumi.
9. Mil laut adalah mil geografis yang besarnya adalah 1/60 (satu per enam puluh) derajat
lintang.
Pasal 2
(1) Pemerintah menarik Garis Pangkal Kepulauan untuk menetapkan lebar laut teritorial.
(2) Penarikan Garis Pangkal Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan
dengan menggunakan:
a. Garis Pangkal Lurus Kepulauan;
b. Garis Pangkal Biasa;
c. Garis Pangkal Lurus;
d. Garis Penutup Teluk;
e. Garis Penutup Muara Sungai, Terusan dan Kuala; dan
f. Garis Penutup pada pelabuhan.
BAB II
PENARIKAN GARIS PANGKAL KEPULAUAN
Bagian Pertama
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Pasal 3
(1) Di antara pulau-pulau terluar, dan karang kering terluar kepulauan Indonesia, garis
pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial adalah Garis Pangkal Lurus Kepulauan.
(2) Garis Pangkal Lurus Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah garis
lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada Garis Air Rendah pada titik terluar
pulau terluar, dan karang kering terluar yang satu dengan titik terluar pada Garis Air
Rendah pada titik terluar pulau terluar, karang kering terluar yang lainnya yang
berdampingan.
(3) Panjang Garis Pangkal Lurus Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
boleh melebihi 100 (seratus) mil laut, kecuali bahwa 3% (tiga per seratus) dari jumlah
keseluruhan Garis Pangkal Lurus Kepulauan dapat melebihi kepanjangan tersebut,
hingga maksimum 125 (seratus dua puluh lima) mil laut.
(4) Penarikan Garis Pangkal Lurus Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
ayat (3) dilakukan dengan tidak terlalu jauh menyimpang dari konfigurasi umum
kepulauan.
(5) penarikan Garis Pangkal Lurus Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dapat dilakukan dengan memanfaatkan titik-titik terluar pada Garis Air Rendah pada
setiap elevasi surut yang di atasnya terdapat suar atau instalasi serupa yang secara
permanen berada di atas permukaan air atau elevasi surut yang sebagian atau
seluruhnya terletak pada suatu jarak yang tidak melebihi lebar laut teritorial dari Garis
Air Rendah pulau terdekat.
(6) Perairan yang terletak pada sisi dalam Garis Pangkal Lurus Kepulauan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah Perairan Kepulauan dan perairan yang terletak pada
sisi luar Garis Pangkal Lurus Kepulauan tersebut adalah Laut Teritorial.
Bagian Kedua
Garis Pangkal Biasa
Pasal 4
(1) Dalam hal bentuk geografis pantai suatu pulau terluar menunjukkan bentuk yang
normal, dengan pengecualian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal
7, dan Pasal 8, Garis Pangkal untuk mengukur lebar Laut Teritorial adalah Garis
Pangkal Biasa.
(2) Garis Pangkal Biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Garis Air Rendah
sepanjang pantai yang ditetapkan berdasarkan Datum Hidrografis yang berlaku.
(3) Pada pulau terluar yang terletak pada atol atau pada pulau terluar yang mempunyai
karang-karang di sekitarnya, Garis Pangkal untuk mengukur lebar Laut Teritorial
adalah Garis Pangkal Biasa berupa Garis Air Rendah pada sisi atol atau karang-
karang tersebut yang terjauh ke arah laut.
(4) Garis Air Rendah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dicantumkan
dalam Peta Navigasi skala besar yang diterbitkan secara resmi oleh badan pembuat
peta navigasi Pemerintah.
(5) Perairan yang terletak pada sisi dalam Garis Pangkal Biasa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (3) adalah Perairan Pedalaman dan perairan yang terletak
pada sisi luar Garis Pangkal Biasa tersebut adalah Laut Teritorial.
Bagian Ketiga
Garis Pangkal Lurus
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 5
Pada pantai di mana terdapat lekukan pantai yang tajam, garis pangkal untuk
mengukur lebar Laut Teritorial adalah Garis Pangkal Lurus.
Garis Pangkal Lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah garis lurus yang
ditarik antara titik-titik terluar pada Garis Air Rendah yang menonjol dan
berseberangan di mulut lekukan pantai tersebut.
Pada pantai di mana karena terdapat delta atau kondisi alamiah lainnya, garis pantai
sangat tidak stabil, garis pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial adalah Garis
Pangkal Lurus.
Garis Pangkal Lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) adalah garis lurus yang
ditarik antara titik-titik terluar pada Garis Air Rendah yang menjorok paling jauh ke
arah laut pada delta atau kondisi alamiah lainnya tersebut.
Perairan yang terletak pada sisi dalam Garis Pangkal Lurus sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (3) adalah perairan pedalaman dan perairan yang terletak
pada sisi luar Garis Pangkal Lurus tersebut adalah Laut Teritorial.
Bagian Keempat
Garis Penutup Teluk
Pasal 6
(1) pada lekukan pantai yang berbentuk teluk, garis pangkal untuk mengukur lebar laut
teritorial adalah Garis Penutup Teluk.
(2) Garis Penutup Teluk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah garis lurus yang
ditarik antara titik-titik terluar pada Garis Air Rendah yang paling menonjol dan
berseberangan pada mulut teluk tersebut.
(3) Garis Penutup Teluk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat ditarik
apabila luas teluk tersebut adalah seluas atau lebih luas dari pada luas 1/2 (satu per
dua) lingkaran yang garis tengahnya adalah garis penutup yang ditarik pada mulut
teluk tersebut.
(4) Apabila pada teluk terdapat pulau-pulau yang membentuk lebih dari satu mulut teluk,
maka jumlah panjang Garis Penutup Teluk dari berbagai mulut teluk tersebut
maksimum adalah 24 (dua puluh empat) mil laut.
(5) Perairan yang terletak pada sisi dalam Garis Penutup Teluk sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah Perairan Pedalaman dan perairan yang terletak pada sisi luar
Garis Penutup Teluk tersebut adalah Laut Teritorial.
Bagian Kelima
Garis Penutup Muara Sungai, Terusan dan Kuala
Pasal 7
(1) Pada Muara Sungai atau Terusan, garis pangkal untuk mengukur lebar Laut Teritorial
adalah Garis Lurus sebagai penutup pada muara sungai, atau terusan tersebut.
(2) Garis lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditarik antara titik terluar pada
Garis Air Rendah yang menonjol dan berseberangan.
(3) Dalam hal Garis Lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat diterapkan
karena adanya Kuala pada muara sungai, sebagai garis penutup Kuala dipergunakan
garis-garis lurus yang menghubungkan antara titik-titik Kuala dengan titik-titik
terluar pada Garis Air Rendah tepian muara sungai.
(4) Perairan yang terletak pada sisi dalam garis penutup sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (3) adalah Perairan Pedalaman dan perairan yang terletak pada sisi
luar garis penutup tersebut adalah Laut Teritorial.
Bagian Keenam
Garis Penutup Pelabuhan
Pasal 8
(1) Pada daerah pelabuhan, garis pangkal untukmengukur lebar Laut Teritorial adalah
garis-garis lurus sebagai penutup daerah pelabuhan yang meliputi bangunan
permanen terluar yang merupakan bagian integral sistem pelabuhan sebagai bagian
dari pantai.
(2) Garis lurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditarik antara titik-titik terluar pada
Garis Air Rendah pantai dan titik-titik terluar bangunan permanen terluar yang
merupakan bagian integral sistem pelabuhan.
(3) Perairan yang terletak pada sisi dalam garis-garis penutup daerah pelabuhan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Perairan Pedalaman dan perairan yang
terletak pada sisi luar garispenutup tersebut adalah Laut Teritorial.
BAB III
DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK TERLUAR GARIS PANGKAL
KEPULAUAN
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 9
Posisi titik terluar garis-garis pangkal kepulauan untuk menetapkan lebar Laut
Teritorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7,
dan Pasal 8, ditetapkan dalam Koordinat Geografis disertai dengan referensi Datum
Geodetik yang dipergunakan.
Koordinat Geografis dari titik-titik terluar garis pangkal kepulauan untuk menetapkan
lebar Laut Teritorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6,
Pasal 7, dan Pasal 8 adalah sebagaimana tercantum dalam, Daftar Koordinat
Geografis sebagai lampiran Peraturan Pemerintah ini.
Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Terluar sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
memuat posisi geografis titik-titik yang disebutkan dalam Lintang dan Bujur dan
disertai dengan keterangan tentang perairan di mana titik tersebut berada, data-data
petunjuk di lapangan, jenis garis pangkal antara titik-titik terluar, peta-peta referensi
dengan keterangan skalanya dan Datum Geodetik yang dipergunakan.
Lampiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 10
Apabila pada bagian Perairan Indonesia data Koordinat Geografis Titik-titik Terluar
belum termasuk dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) atau
apabila karena perubahan alam Koordinat Geografis Titik-titik Terluar tersebut dianggap
tidak berada pada posisi seperti yang tercantum dalam lampiran tersebut, maka Koordinat
Geografis Titik-titik Terluar yang dipergunakan adalah Koordinat Geografis Titik-titik
Terluar yang sesuai dengan kenyataan di lapangan.
BAB IV
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
Pasal 11
(1) Pemerintah melakukan pembaharuan secara rutin untuk memperbaiki dan melengkapi
kekurangan-kekurangan dalam penetapan Koordinat Geografis Titik-titik Terluar
untuk menarik Garis Pangkal Kepulauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal
4, Pasal 5, Pasal 6, pasal 7, dan Pasal 8.
(2) Apabila di kemudian hari ternyata terdapat pulau-pulau terluar, atau karang kering
terluar, elevasi surut terluar, teluk, muara sungai, terusan atau kuala dan pelabuhan,
yang dapat digunakan untuk penetapan titik-titik terluar dari Garis Pangkal
Kepulauan belum termasuk dalam lampiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2), maka diadakan perubahan dalam lampiran tersebut sesuai dengan data baru.
(3) Apabila di kemudian hari Koordinat Geografis Titik-titik Terluar, pulaupulau terluar,
atol, karang kering terluar, elevasi surut terluar, teluk, muara sungai, terusan atau
kuala dan pelabuhan berubah, maka diadakan penyesuaian dalam lampiran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
BAB V
PENETAPAN BATAS PERAIRAN PEDALAMAN DALAM PERAIRAN
KEPULAUAN
Pasal 12
(1) Penetapan batas perairan pedalaman dalam perairan kepulauan dilakukan dengan
menggunakan Garis Pangkal Biasa, Garis Pangkal Lurus, dan Garis Penutup di
Muara Sungai, Terusan, atau Kuala, di Teluk dan di Pelabuhan yang terdapat pada
pantai pulau-pulau yang menghadap perairan kepulauan.
(2) Ketentuan mengenai penetapan batas Perairan Pedalaman sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
1998 tentang Daftar Koordinat Geografls Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
di Laut Natuna (LN RI Tahun 1998 Nomor 100, TLN RI No. 3768) dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 14
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2002
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 28 Juni 2002
SEKRETARIS NEGARA REPUBUK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2002 NOMOR 72
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2002
TENTANG
DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL
KEPULAUAN INDONESIA
UMUM
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang ditetapkan untuk
menindaklanjuti ratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut,
dalam Pasal 6 menentukan bahwa Garis-garis Pangkal Kepulauan Indonesia harus
dicantumkan dalam peta dengan skala yang memadai untuk menegaskan posisinya, atau
dapat pula dibuat Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal untuk menarik
Garis Pangkal Kepulauan disertai referensi Datum Geodetis yang diperlukan.
Pembuatan peta laut perairan Indonesia yang memadai untuk menggambarkan garis-garis
pangkal kepulauan memerlukan waktu pembuatan yang lama, di samping memerlukan
dana dan sumber daya manusia yang besar. Di samping itu perubahan pantai dan dasar
laut di sekitamya oleh kekuatan alam menyebabkan bahwa kegiatan pembuatan Peta
Navigasi memerlukan kegiatan yang bertahap, terus-menerus, sistematis dan melembaga.
Berhubung dengan itu sambil menunggu pembuatan Peta Navigasi yang penyelesaiannya
dapat dilakukan secara bertahap, perlu dibuat Daftar Koordinat Geografis Titik-titik
untuk menarik garis pangkal kepulauan untuk kegiatan pelayanan dan penegakan hukum
di Perairan Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka perlu ditetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal
Kepulauan Indonesia.
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 50 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut Tahun 1982, dalam perairan kepulauan dapat ditarik garis-garis penutup
untuk menetapkan batas PerairanPedalaman di Teluk, di Muara Sungai atau Terusan, di
Kuala dan di daerah Pelabuhan.
Walaupun ketentuan Pasal 50 tersebut tidak menentukan bahwa garis batas perairan
pedalaman di perairan kepulauan dapat ditarik di sepanjang pantai, perairan yang terletak
Dada sisi dalam Garis Air Rendah sepanjang pantai mempunyai kedudukan sebagai
perairan pedalaman. Berhubung dengan itu garis rendah tersebut juga merupakan batas
perairan pedalaman dalam perairan kepulauan. Ketentuan mengenai penetapan batas
Perairan Pedalaman tersebut di dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang
Perairan Indonesia tidak terdapat suatu ketentuan untuk diatur lebih lanjut, namun demi
kepastian hukum mengenai penetapan batas Perairan Pedalaman dalam Perairan
Kepulauan perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.
Titik terluar pada Garis Air Rendah pantai yang berbatasan dengan negara tetangga yang
berhadapan atau berdampingan yang merupakan titik terluar bersama untuk penarikan
garis pangkal ditetapkan berdasarkan perjanjian kedua negara serta memenuhi ketentuan
Hukum Intemasional. Perjanjian perbatasan dengan negara tetangga tersebut
pengesahannya dilakukan dengan Undang-undang.
Sehubungim dengan hal tersebut di atas, pada Peraturan Pemerintah ini dilampirkan
Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
Daftar Koordinat Geografis kersebut merupakan lampiran pada Peraturan Pemerintah ini
dan tidak dimasukkan sebagai ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Pemerintah ini,
dengan tujuan agar perubahan atau pembubaran (updating) data dalamDaftar Koordinat
Geografis tersebut dapat dilakukan dengan tidak perlu mengubah ketentuan dalam batang
tubuh Peraturan Pemerintah ini. Namun demikian, lampiranlampiran tersebut merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
Selain untuk kepentingan pelayanan dan untuk penegakan hukum di perairan Indonesia,
Daftar Koordinat tersebut juga dibuat untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 6 ayat (2)
dan ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang
menentukan bahwa Daftar Koordinat tersebut harus didepositkan di Sekretariat Jenderal
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat(2)
Garis lurus yang ditarik antara 2 (dua) titik pada Garis Air Rendah tersebut merupakan
garis yang ditarik secara lurus antara dua titik berdampingan yang lazim dilakukan dalam
batas-batas pengertian navigasi dan pemetaan untuk kepentingan navigasi.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Penarikan Garis Pangkal Lurus Kepulauan dilakukan dengan memperhatikan tatanan
letak kepulauan atau kelompok pulau-pulau yang letaknya berurutan dan bersambungan
secara beraturan, oleh karena itu penarikan Garis Pangkal Lurus Kepulauan tidak dapat
dilakukan menyimpang dari arah konfigurasi umum kepulauan.
Pengertian konfigurasi umum kepulauan merupakan pengertian yang tujuannya identik
dengan pengertian arah umum pantai, yaitu untuk mencegah perluasan laut teritorial
suatu negara dengan cara yang tidak sewajarnya.
Ayat (5)
pemanfaatan elevasi surut dilakukan dengan memperhatikan konfigurasi umum
kepulauan dan panjang garis pangkal.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pulau adalah daratan yang berbentuk secara alamiah, dikelilingi
oleh air dan tetap berada di atas permukaan air pada air pasang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jeias
Pasal 6
Cukup jeias
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat(3)
Yang dimaksud dengan kuala adalah bagian perairan di depan mulut sungai yang
memiliki keutuhan ekosistem denganperairan muara sungai.
Ayat(4)
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Lihat Penjelasan Umum alinea 9 dan alinea 10.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Lihat penjelasan Umum alinea 9.
Pasal 10
Mengenai besarnya tugas yang dihadapi dalam menetapkan secara benar semua Garis
Pangkal Kepulauan yang meliputi seluruh garis pantai Indonesia serta tugas untuk
menetapkan kembali garis-garis pangkal yang berubah karena alam, maka demi kepastian
hukum, penyelesaian penegakan hukum yang terjadi di daerah demikian dapat dilakukan
melalui pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Lihat Penjelasan Pasal 10. Di samping hal tersebut, perubahan dalam lampiran
sebagaimana dimaksud dalam ayat ini, sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, perlu didepositkan di Sekretariat Jenderal
Perserikatan BangsaBangsa.
Ayat(3)
Lihat Penjelasan ayat (2).
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4211
LAMPIRAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2002
TANGGAL 28 JUNI 2002
DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK
GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA
Data Petunjuk, Nomor Peta,
Jenis Garis Pangkal, Jarak
No.
Urut
Skala, Referensi
Perairan Lintang Bujur
- Laut : Natuna Tg. Berakit -
1 01° 14' 27" U 104° 34' 32" T Titik Dasar No. TD.001 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.001 1 : 200.000
- - - Jarak TD.001-TD.001A = 19.19 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Sentut -
2 01° 02' 52" U 104° 49' 50" T Titik Dasar No. TD.001A No. 430, 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.001A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.001A-TD.022 = 88.06 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P.Tokong Malang Biru -
3 02° 18' 00" U 105° 35' 47" T Titik Dasar No. TD.022 No. 430
- - - Pilar Pendekat No. TR.022 1 : 200.000
- - - Jarak TD.022-TD.023 = 29.50 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Damar -
4 02° 44' 29" U 105° 22' 46" T Titik Dasar No. TD.023 No. 423
- - - Pilar Pendekat No. TR.023 1 : 200.000
- - - Jarak TD.023-TD.024 = 24.34 nm WGS'84
- -- - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Mangkai -
5 03° 05' 32" U 105° 35' 00" T Titik Dasar No. TD.024 No. 423
- - - Pilar Pendekat No. TR.024 1 : 200.000
- - - Jarak TD.024-TD.025 = 26.28 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Tokong Nanas --
6 03° 19' 52" U 105° 57' 04" T Titik Dasar No. TD.025 No. 423
- - - Pilar Pendekat No. TR.025 1 : 200.000
- - - Jarak TD.025-TD.026 = 20.35 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Tokongbelayar -
7 03° 27' 04" U 106° 16' 08" T Titik Dasar No. TD.026 No. 423
- - - Pilar Pendekat No. TR.026 1 : 200.000
- - - Jarak TD.026-TD.028 = 79.03 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan --
- - - -- --
- Laut : Natuna P. Tokongboro --
8 04° 04' 01" U 107° 26' 09" T Titik Dasar No. TD.028 No. 422
- - - Pilar Pendekat No. TR.028 1 : 200.000
- - - Jarak TD.028-TD.029 = 32.06 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Semiun -
9 04° 31' 09" U 107° 43' 17" T Titik Dasar No. TD.029 No. 421, 422
- - - Pilar Pendekat No. TR.029 1 : 200.000
- - - Jarak TD.029-TD.030A = 15.76 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan --
- - - - -
- Laut : Cina Selatan P. Sebetul -
10 04° 42' 25" U 107° 54' 20" T Titik Dasar No. TD.030A No. 421
- - - Pilar Pendekat No. TR.030A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.030A-TD.030B = 8.18 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Cina Selatan P. Sekatung -
11 04° 47' 38" U 108° 00' 39" T Titik Dasar No. TD.030B No. 421
- - - Pilar Pendekat No. TR.030A 1 : 200.000
- - - Antara TD.030B-TD.030D WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa --
- - - -- --
- Laut : Cina Selatan P. Sekatung -
12 04° 47' 45" U 108° 01' 19" T Titik Dasar No. TD.030D No. 421
- - - Pilar Pendekat No. TR.030 1 : 200.000
- - - Jarak TD.030D-TD.031 = 52.58 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Cina Selatan P. Senua -
13 04° 00' 48" U 108° 25' 04" T Titik Dasar No. TD.031 No. 421
- - - Pilar Pendekat No. TR.031 1 : 200.000
- - - Jarak TD.031-TD.032 = 66.03 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Natuna P. Subi Kecil -
14 03° 01' 51" U 108° 54' 52" T Titik Dasar No. TD.032 No. 420
- - - Pilar Pendekat No. TR.032 1 : 200.000
- - - Jarak TD.032-TD.033 = 27.67 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
Laut : Natuna P. Kepala -
15 02° 38' 43" U 109° 10' 04" T Titik Dasar No. TD.033 No. 420
- -- - Pilar Pendekat No. TR.033 1 : 200.000
- - - Jarak TD.033-TD.035 = 44.10 nm WGS'84
-- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - -- -
- Laut : Natuna Tg. Datu -
16 02° 05' 10" U 109° 38' 43" T Titik Dasar No. TD.035 No. 420
- - - Pilar Pendekat No. TR.035 1 : 200.000
- - - Antara TD.035 -TD.036C WGS'84
- - - Kalimantan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Ligitan -
17 04° 10' 00" U 118° 53' 50" T Titik Dasar No. TD.036C No. 489
- - - Pilar Pendekat No. TR.036C 1 : 200.000
- - - Antara TD.036C-TD.036B WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Ligitan -
18 04° 08' 03" U 118° 53' 01" T Titik Dasar No. TD.036B No. 489
- - - Pilar Pendekat No. TR.036B 1 : 200.000
- - - Jarak TD.036B-TD.036A = 15.06 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Sipadan -
19 04° 06' 12" U 118° 38' 02" T Titik Dasar No. TD.036A No. 489
- - - Pilar Pendekat No. TR.036A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.036A-TD.037 = 59.25 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Tg. Arang -
20 03° 27' 57" U 117° 52' 41" T Titik Dasar No. TD.037 No. 489
- - - Pilar Pendekat No. TR.037 1 : 200.000
- - - Jarak TD.037-TD.039 = 86.04 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Maratua -
21 02° 15' 12" U 118° 38' 41" T Titik Dasar No. TD.039 No. 488
- - - Pilar Pendekat No. TR.039 1 : 200.000
- - - Jarak TD.039-TD.040 = 36.95 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Sambit -
22 01° 46' 53" U 119° 02' 26" T Titik Dasar No. TD.040 No. 488
- - - Pilar Pendekat No. TR.040 1 : 200.000
- - - Jarak TD.040-TD.043 = 84.61 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Lingian -
23 00° 59' 55" U 120° 12' 50" T Titik Dasar No. TD.043 No. 487
- - - Pilar Pendekat No. TR.043 1 : 200.000
- - - Jarak TD.043-TD.044 = 40.21 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P-P. Salando -
24 01° 20' 16" U 120° 47' 31" T Titik Dasar No. TD.044 No. 487
- - - Pilar Pendekat No. TR.044 1 : 200.000
- - -- Jarak TD.044-TD.044A = 6.05 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Dolangan -
25 01° 22' 40" U 120° 53' 04" T Titik Dasar No. TD.044A No. 486, 487
- - - Pilar Pendekat No. TR.044A 1 : 200.000
- - - Antara TD.044A-TD.044B WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Dolangan -
26 01° 22' 41" U 120° 53' 07" T Titik Dasar No. TD.044B No. 486, 487
- - - Pilar Pendekat No. TR.044A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.044B-TD.045 = 33.70 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Tg. Kramat -
27 01° 18' 48" U 121° 26' 36" T Titik Dasar No. TD.045 No. 486
- - - Pilar Pendekat No. TR.045 1 : 200.000
-- - - Jarak TD.045-TD.046A = 60.10 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Kr. Boliogut -
28 01° 08' 17" U 122° 25' 47" T Titik Dasar No. TD.046A No. 486
- - - Pilar Pendekat No. TR.046A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.046A-TD.047 = 41.32 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi P. Bangkit -
29 01° 02' 52" U 123° 06' 45" T Titik Dasar No. TD.047 No. 485
- - -- Pilar Pendekat No. TR.047 1 : 200.000
- - - Jarak TD.047-TD.048 = 74.17 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Laimpangi -
30 01° 09' 29" U 124° 20' 38" T Titik Dasar No. TD.048 No. 485
- - - Pilar Pendekat No. TR.048 1 : 200.000
- - - Jarak TD.048-TD.049A = 43.09 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Manterawu -
31 01° 45' 47" U 124° 43' 51" T Titik Dasar No. TD.049A No. 484
- - - Pilar Pendekat No. TR.049A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.049A-TD.051A = 63.82 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Makalehi -
32 02° 44' 15" U 125° 09' 28" T Titik Dasar No. TD.051A No. 484
- - - Pilar Pendekat No. TR.051 1 : 200.000
- - - Jarak TD.051A-TD.053A = 90.35 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Sulawesi Kawalusu -
33 04° 14' 06" U 125° 18' 59" T Titik Dasar No. TD.053A No. 483
- - - Pilar Pendekat No. TR.053 1 : 200.000
- - - Jarak TD.053A-TD.054 = 27.01 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Mindanau P. Kawio -
34 04° 40' 16" U 125° 25' 41" T Titik Dasar No. TD.054 No. 482
- - - Pilar Pendekat No. TR.054 1 : 200.000
- - - Jarak TD.054-TD.055 = 4.98 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Mindanau P. Marore -
35 04° 44' 14" U 125° 28' 42" T Titik Dasar No. TD.055 No. 482
- - - Pilar Pendekat No. TR.055 1 : 200.000
- - - Antara TD.055-TD.055A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Mindanau P. Marore -
36 04° 44' 25" U 125° 28' 56" T Titik Dasar No. TD.055A No. 482
- - - Pilar Pendekat No. TR.055 1 : 200.000
- - - Jarak TD.055A-TD.055B = 0.58 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- Laut : Mindanau P. Batubawaikang -
37 04° 44' 46" U 125° 29' 24" T Titik Dasar No. TD.055B No. 482
- - - Pilar Pendekat No. TR.055 1 : 200.000
- - - Jarak TD.055B-TD.056 = 81.75 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Philipina P. Miangas -
38 05° 34' 02" U 126° 34' 54" T Titik Dasar No. TD.056 No. 481, 482
- - - Pilar Pendekat No. TR.056 1 : 200.000
- - - Antara TD.056-TD.056A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Philipina P. Miangas -
39 05° 33' 57" U 126° 35' 29" T Titik Dasar No. TD.056A No. 481, 482
- - - Pilar Pendekat No. TR.056 1 : 200.000
- - - Jarak TD.056A-TD.057A = 57.91 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Philipina P. Marampit -
40 04° 46' 18" U 127° 08' 32" T Titik Dasar No. TD.057A No. 481
- - - Pilar Pendekat No. TR.057 1 : 200.000
- - - Antara TD.057A-TD.057 WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Philipina P. Marampit -
41 04° 45' 39" U 127° 08' 44" T Titik Dasar No. TD.057 No. 481
- - - Pilar Pendekat No. TR.057 1 : 200.000
- - - Jarak TD.057-TD.058A = 7.10 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Philipina P. Intata -
42 04° 38' 38" U 127° 09' 49" T Titik Dasar No. TD.058A No. 481
- - - Pilar Pendekat No. TR.058A 1 : 200.000
- - - Antara TD.058A-TD.058 WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Philipina P. Kakarutan -
43 04° 37' 36" U 127° 09' 53" T Titik Dasar No. TD.058 No. 481
- - - Pilar Pendekat No. TR.058 1 : 200.000
- - - Jarak TD.058-TD.059 = 55.63 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Halmahera Tg. Tampida -
44 03° 45' 13" U 126° 51' 06" T Titik Dasar No. TD.059 No. 480
- - - Pilar Pendekat No. TR.059 1 : 200.000
- - - Jarak TD.059-TD.060 = 122.75 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Halmahera Tg. Sopi -
45 02° 38' 44" U 128° 34' 27" T Titik Dasar No. TD.060 No. 479
- - - Pilar Pendekat No. TR.060 1 : 200.000
- - - Antara TD.060-TD.061A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Halmahera Tg. Gorua -
46 02° 25' 39" U 128° 41' 57" T Titik Dasar No. TD.061A No. 479
- - - Pilar Pendekat No. TR.061 1 : 200.000
- - - Jarak TD.061A-TD.062 = 50.97 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Halmahera Tg.Lelai -
47 01° 34' 44" U 128° 44' 14" T Titik Dasar No. TD.062 No. 479
- - - Pilar Pendekat No. TR.062 1 : 200.000
- - - Jarak TD.062-TD.063 = 56.55 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Halmahera P. Jiew -
48 00° 43' 39" U 129° 08' 30" T Titik Dasar No. TD.063 No. 478
- - - Pilar Pendekat No. TR.063 1 : 200.000
- - - Jarak TD.063-TD.065 = 96.05 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Budd -
49 00° 32' 08" U 130° 43' 52" T Titik Dasar No. TD.065 No. 477
- - - Pilar Pendekat No. TR.065 1 : 200.000
- - - Jarak TD.065-TD.066 = 45.91 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Fani -
50 01° 05' 20" U 131° 15' 35" T Titik Dasar No. TD.066 No. 477
- - - Pilar Pendekat No. TR.066 1 : 200.000
- - - Antara TD.066-TD.066A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Fani -
51 01° 04' 28" U 131° 16' 49" T Titik Dasar No. TD.066A No. 477
- - - Pilar Pendekat No. TR.066 1 : 200.000
- - - Jarak TD.066A-TD.070 = 99.81 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Miossu -
52 00° 20' 16" S 132° 09' 34" T Titik Dasar No. TD.070 No. 476
- - - Pilar Pendekat No. TR.070 1 : 200.000
- - - Jarak TD.070-TD.070A = 15.77 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Yamursba -
53 00° 20' 34" S 132° 25' 20" T Titik Dasar No. TD.070A No. 476
- - - Pilar Pendekat No. TR.070A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.070A-TD.071 = 17.72 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Wasio -
54 00° 21' 42" S 132° 43' 01" T Titik Dasar No. TD.071 No. 476
- - - Pilar Pendekat No. TR.071 1 : 200.000
- - - Jarak TD.071-TD.072 = 122.74 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Fanildo -
55 00° 56' 22" U 134° 17' 44" T Titik Dasar No. TD.072 No. 475
- - - Pilar Pendekat No. TR.072 1 : 200.000
- - - Antara TD.072-TD.072A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Bras -
56 00° 55' 57" U 134° 20' 30" T Titik Dasar No. TD.072A No. 475
- - - Pilar Pendekat No. TR.072 1 : 200.000
- - - Jarak TD.072A-TD.074 = 97.28 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Bepondi -
57 00° 23' 38" S 135° 16' 27" T Titik Dasar No. TD.074 No. 474
- - - Pilar Pendekat No. TR.074 1 : 200.000
- - - Jarak TD.074-TD.076B = 39.41 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Wasanbari -
58 00° 41' 56" S 135° 51' 21" T Titik Dasar No. TD.076B No. 474
- - - Pilar Pendekat No. TR.077 1 : 200.000
- - - Jarak TD.076B-TD.077 = 38.90 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Basari -
59 01° 04' 13" S 136° 23' 14" T Titik Dasar No. TD.077 No. 473
- - - Pilar Pendekat No. TR.077 1 : 200.000
- - - Jarak TD.077-TD.078 = 95.45 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Narwaku -
60 01° 27' 23" S 137° 55' 51" T Titik Dasar No. TD.078 No. 472
- - - Pilar Pendekat No. TR.078 1 : 200.000
- - - Jarak TD.078-TD.079 = 47.61 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik P. Liki -
61 01° 34' 26" S 138° 42' 57" T Titik Dasar No. TD.079 No. 472
- - - Pilar Pendekat No. TR.079 1 : 200.000
- - - Jarak TD.079-TD.080 = 97.06 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
-- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Kamdara -
62 02° 19' 12" S 140° 09' 07" T Titik Dasar No. TD.080 No. 471
- - - Pilar Pendekat No. TR.080 1 : 200.000
- - - Jarak TD.080-TD.080A = 28.56 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Kelapa -
63 02° 26' 22" S 140° 36' 47" T Titik Dasar No. TD.080A No. 471
- - - Pilar Pendekat No. TR.080A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.080A-TD.081 = 25.22 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Pasifik Tg. Oinake -
64 02° 36' 16" S 141° 00' 00" T Titik Dasar No. TD.081 No. 471
- - - Pilar Pendekat No. TR.081 1 : 200.000
- - - Antara TD.081-TD.082 WGS'84
- - - Irian Jaya -
- - - - -
- Laut : Arafuru S. Torasi -
65 09° 07' 40" S 141° 01' 10" T Titik Dasar No. TD.082 No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.082 1 : 200.000
- - - Antara TD.082-TD.082A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Arafuru S. Torasi -
66 09° 10' 53" S 140° 59' 07" T Titik Dasar No. TD.082A No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.082 1 : 200.000
- - - Antara TD.082A-TD.082B WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Arafuru S. Torasi -
67 09° 12' 13" S 140° 57' 27" T Titik Dasar No. TD.082B No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.082 1 : 200.000
- - - Antara TD.082B-TD.082C WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Arafuru S. Torasi -
68 09° 12' 00" S 140° 56' 08" T Titik Dasar No. TD.082C No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.082 1 : 200.000
- - - Antara TD.082C-TD.083 WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Arafuru S. Blatar -
69 09° 05' 42" S 140° 50' 58" T Titik Dasar No. TD.083 No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.083 1 : 200.000
- - - Jarak TD.083-TD.085 = 97.35 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Arafuru Kr. Sametinke -
70 08° 16' 11" S 139° 26' 11" T Titik Dasar No. TD.085 No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.085 1 : 200.000
- - - Jarak TD.085-TD.086 = 33.00 nm WGS'84
- - -- Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Arafuru Ug. Komoran -
71 08° 26' 09" S 138° 54' 23" T Titik Dasar No. TD.086 No. 469
- - - Pilar Pendekat No. TR.086 1 : 200.000
- - - Jarak TD.086-TD.088A = 74.11 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Aru Ug. Salah -
72 08° 26' 44" S 137° 39' 28" T Titik Dasar No. TD.088A No. 469
- - - Pilar Pendekat No. TR.088 1 : 200.000
- - - Antara TD.088A-TD.088E WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Laut : Aru P. Kolepon -
73 08° 12' 49" S 137° 41' 24" T Titik Dasar No. TD.088E No. 469
- - - Pilar Pendekat No. TR.088 1 : 200.000
- - - Jarak TD.088E-TD.088F = 25.15 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Aru S. Korima -
74 07° 49' 28" S 137° 50' 50" T Titik Dasar No. TD.088F No. 469
- - - Pilar Pendekat No. TR.088 1 : 200.000
- - - Jarak TD.088F-TD.090 = 93.90 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Aru S. Cook -
75 06° 21' 31" S 138° 23' 59" T Titik Dasar No. TD.090 No. 468
- - - Pilar Pendekat No. TR.090 1 : 200.000
- - - Jarak TD.090-TD.091 = 30.63 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Aru Gosong Triton -
76 05° 58' 45" S 138° 03' 22" T Titik Dasar No. TD.091 No. 467, 468
- - - Pilar Pendekat No. TR.091 1 : 200.000
- - - Jarak TD.091-TD.092 = 40.83 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Aru P. Laag -
77 05° 23' 14" S 137° 43' 07" T Titik Dasar No. TD.092 No. 467
- - - Pilar Pendekat No. TR.092 1 : 200.000
- - - Jarak TD.092-TD.093 = 64.15 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- Laut : Arafuru S. Blatar -
69 09° 05' 42" S 140° 50' 58" T Titik Dasar No. TD.083 No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.083 1 : 200.000
- - - Jarak TD.083-TD.085 = 97.35 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Arafuru Kr. Sametinke -
70 08° 16' 11" S 139° 26' 11" T Titik Dasar No. TD.085 No. 470
- - - Pilar Pendekat No. TR.085 1 : 200.000
- - - Jarak TD.085-TD.086 = 33.00 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Arafuru Ug. Komoran -
71 08° 26' 09" S 138° 54' 23" T Titik Dasar No. TD.086 No. 469
- - - Pilar Pendekat No. TR.086 1 : 200.000
- - - Jarak TD.086-TD.088A = 74.11 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Laut : Aru Ug. Salah -
72 08° 26' 44" S 137° 39' 28" T Titik Dasar No. TD.088A No. 469
Pilar Pendekat No. TR.088 1 : 200.000
Antara TD.088A-TD.088E WGS'84
Garis Pangkal Biasa
Laut : P. Kolepon 08° 12' 49" S 137° 41' 24" T Titik Dasar No. TD.088E No. 469
Pilar Pendekat No. TR.088 1 : 200.000
Jarak TD.088E-TD.088F = 25.15 nm
73
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : S. Korima 07° 49' 28" S 137° 50' 50" T Titik Dasar No. TD.088F No. 469
Pilar Pendekat No. TR.088 1 : 200.000
Jarak TD.088F-TD.090 = 93.90 nm
74
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : S. Cook 06° 21' 31" S 138° 23' 59" T Titik Dasar No. TD.090 No. 468
Pilar Pendekat No. TR.090 1 : 200.000
Jarak TD.090-TD.091 = 30.63 nm
75
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Gosong Triton 05° 58' 45" S 138° 03' 22" T Titik Dasar No. TD.091 No. 467, 468
Pilar Pendekat No. TR.091 1 : 200.000
Jarak TD.091-TD.092 = 40.83 nm
76
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut :
77
Aru P. Laag 05° 23' 14" S 137° 43' 07" T Titik Dasar No. TD.092 No. 467
Pilar Pendekat No. TR.092 1 : 200.000
Jarak TD.092-TD.093 = 64.15 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Tg. Pohonbatu 04° 54' 24" S 136° 45' 35" T Titik Dasar No. TD.093 No. 467
Pilar Pendekat No. TR.093 1 : 200.000
Jarak TD.093-TD.094 = 41.32 nm
78
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Amarapya 04° 38' 41" S 136° 07' 14" T Titik Dasar No. TD.094 No. 466
Pilar Pendekat No. TR.094 1 : 200.000
Jarak TD.094-TD.097A = 96.49 nm
79
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Ararkula 05° 35' 42" S 134° 49' 05" T Titik Dasar No. TD.097A No. 466
Pilar Pendekat No. TR.097 1 : 200.000
Jarak TD.097A-TD.098 = 25.02 nm
80
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Karaweira Br 06° 00' 09" S 134° 54' 26" T Titik Dasar No. TD.098 No. 465
Pilar Pendekat No. TR.098 1 : 200.000
Jarak TD.098-TD.099 = 19.29 nm
81
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut :
82
Aru P. Panambulai 06° 19' 26" S 134° 54' 53" T Titik Dasar No. TD.099 No. 465
Pilar Pendekat No. TR.099 1 : 200.000
Jarak TD.099-TD.099A = 19.95 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut :
Aru
P. Kultubai Utara
83
06° 38' 50" S
134° 50' 12" T
Titik Dasar No. TD.099A No. 465
Pilar Pendekat No. TR.099 1 : 200.000
Jarak TD.099A-TD.100 = 11.45 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Kultubai Selatan 06° 49' 54" S 134° 47' 14" T Titik Dasar No. TD.100 No. 465
Pilar Pendekat No. TR.100 1 : 200.000
Jarak TD.100-TD.100A = 12.62 nm
84
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Karang 07° 01' 08" S 134° 41' 26" T Titik Dasar No. TD.100A No. 465
Pilar Pendekat No. TR.100A 1 : 200.000
Antara TD.100A-TD.100B
85
Aru WGS'84
Garis Pangkal Biasa
Laut : P. Karang 07° 01' 48" S 134° 40' 38" T Titik Dasar No. TD.100B No. 465
Pilar Pendekat No. TR.100B 1 : 200.000
Jarak TD.100B-TD.101 = 10.25 nm
86
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Enu 07° 06' 14" S 134° 31' 19" T Titik Dasar No. TD.101 No. 465
Pilar Pendekat No. TR.100B 1 : 200.000
Antara TD.101-TD.101A
87
Aru WGS'84
Garis Pangkal Biasa
Laut :
88
Aru P. Enu 07° 05' 23" S 134° 28' 18" T Titik Dasar No. TD.101A No. 465
Pilar Pendekat No. TR.100B 1 : 200.000
Jarak TD.101A-TD.102 = 18.54 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Batugoyang 06° 57' 01" S 134° 11' 38" T Titik Dasar No. TD.102 No. 464, 465
Pilar Pendekat No. TR.102 1 : 200.000
Jarak TD.102-TD.103 = 98.34 nm
89
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Tg. Weduar 06° 00' 25" S 132° 50' 42" T Titik Dasar No. TD.103 No. 464
Pilar Pendekat No. TR.103 1 : 200.000
Jarak TD.103-TD.104 = 90.19 nm
90
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Larat 07° 14' 26" S 131° 58' 49" T Titik Dasar No. TD.104 No. 463
Pilar Pendekat No. TR.104 1 : 200.000
Jarak TD.104-TD.105B = 29.55 nm
91
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Karang Sarikilmasa 07° 39' 49" S 131° 43' 33" T Titik Dasar No. TD.105B No. 463
Pilar Pendekat No. TR.104 1 : 200.000
Jarak TD.105B-TD.105 = 34.38 nm
92
Aru WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Asutubun 08° 03' 07" S 131° 18' 02" T Titik Dasar No. TD.105 No. 463
Pilar Pendekat No. TR.105 1 : 200.000
Antara TD.105-TD.105C
93
Timor WGS'84
Garis Pangkal Biasa
Laut :
94
Timor P. Asutubun 08° 03' 57" S 131° 16' 55" T Titik Dasar No. TD.105C No. 463
Pilar Pendekat No. TR.105 1 : 200.000
Jarak TD.105C-TD.106 = 11.26 nm
WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Selaru Timur 08° 10' 17" S 131° 07' 31" T Titik Dasar No. TD.106 No. 462, 463
Pilar Pendekat No. TR.106 1 : 200.000
Jarak TD.106-TD.106A = 16.24 nm
95
Timor WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Selaru Barat 08° 18' 27" S 130° 53' 20" T Titik Dasar No. TD.106A No. 462, 463
Pilar Pendekat No. TR.106 1 : 200.000
Jarak TD.106A-TD.107 = 4.52 nm
96
Timor WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Batarkusu 08° 20' 30" S 130° 49' 16" T Titik Dasar No. TD.107 No. 462
Pilar Pendekat No. TR.107 1 : 200.000
Jarak TD.107-TD.107A = 0.51 nm
97
Timor WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Fursey 08° 20' 41" S 130° 48' 47" T Titik Dasar No. TD.107A No. 462
Pilar Pendekat No. TR.107 1 : 200.000
Antara TD.107A-TD.107C
98
Timor WGS'84
Garis Pangkal Biasa
Laut :
99
Timor Tg. Arousu 08° 20' 54" S 130° 45' 21" T Titik Dasar No. TD.107C No. 462
Pilar Pendekat No. TR.107 1 : 200.000
Jarak TD.107C-TD.108 = 55.73 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut :
Timor
P. Masela
100
08° 13' 29" S
129° 49' 32" T
Titik Dasar No. TD.108 No. 462
Pilar Pendekat No. TR.108 1 : 200.000
Jarak TD.108-TD.109 = 78.22 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : P. Meatimiarang 08° 21' 09" S 128° 30' 52" T Titik Dasar No. TD.109 No. 461
Pilar Pendekat No. TR.109 1 : 200.000
Antara TD.109-TD.115
101
Timor WGS'84
Timor-Timur
Laut : Tg. Wetoh 09° 38' 09" S 124° 59' 39" T Titik Dasar No. TD.115 No. 459
Pilar Pendekat No. TR.115 1 : 200.000
Jarak TD.115-TD.116 = 20.69 nm
102
Timor WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut : Tg. Batu Merah 09° 52' 58" S 124° 45' 00" T Titik Dasar No. TD.116 No. 459
Pilar Pendekat No. TR.116 1 : 200.000
Jarak TD.116-TD.117 = 21.27 nm
103
Timor WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
Laut :
104
Timor Tg. Haikmeo 10° 07' 14" S 124° 28' 59" T Titik Dasar No. TD.117 No. 459
Pilar Pendekat No. TR.117 1 : 200.000
Jarak TD.117-TD.118 = 6.02 nm WGS'84
Garis Pangkal Lurus Kepulauan
105. ...
No.
Urut
Perairan
Lintang Bujur
Data Petunjuk,
Jenis Garis Pangkal, Jarak
Nomor Peta,
Skala, Referensi
- - - - -
- Laut : Timor Tg. Tunfano -
105 10° 10' 19" S 124° 23' 44" T Titik Dasar No. TD.118 No. 459
- - - Pilar Pendekat No. TR.118 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.118-TD.120 = 79.65 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia Tg. Puleh -
- -
106 10° 49' 47" S 123° 13' 22" T Titik Dasar No. TD.120 No. 458
- - - Pilar Pendekat No. TR.120 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.120-TD.121 = 23.07 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia P. Dana -
- -
107 11° 00' 36" S 122° 52' 37" T Titik Dasar No. TD.121 No. 458
- - - Pilar Pendekat No. TR.121 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.121-TD.122 = 65.43 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia Tg. Merebu -
- -
108 10° 37' 37" S 121° 50' 15" T Titik Dasar No. TD.122 No. 457
- - - Pilar Pendekat No. TR.122 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.122-TD.123 = 34.98 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia P. Dana -
- -
109 10° 50' 00" S 121° 16' 57" T Titik Dasar No. TD.123 No. 457
- - - Pilar Pendekat No. TR.123 1 : 200.000
- - - Antara TD.123-TD.123A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Dana -
110 10° 49' 54" S 121° 16' 38" T Titik Dasar No. TD.123A No. 457
- - - Pilar Pendekat No. TR.123 1 : 200.000
- - - Jarak TD.123A-TD.124 = 57.55 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Ngunju -
111 10° 19' 02" S 120° 27' 13" T Titik Dasar No. TD.124 No. 456
- - - Pilar Pendekat No. TR.124 1 : 200.000
- - - Jarak TD.124-TD.125 = 19.90 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Mangudu -
112 10° 20' 22" S 120° 07' 02" T Titik Dasar No. TD.125 No. 456
- - - Pilar Pendekat No. TR.125 1 : 200.000
- - - Antara TD.125-TD.125A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Mangudu -
113 10° 20' 08" S 120° 05' 56" T Titik Dasar No. TD.125A No. 456
- - - Pilar Pendekat No. TR.125 1 : 200.000
- - - Jarak TD.125A-TD.128B = 72.43 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
114. ...
No.
Urut
Perairan Data Petunjuk, Nomor Peta,
Lintang Bujur Jenis Garis Pangkal, Jarak Skala, Referensi
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Merapu -
114 09° 41' 55" S 119° 03' 27" T Titik Dasar No. TD.128B No. 455, 455
- - - Pilar Pendekat No. TR.128B 1 : 200.000
- - - Antara TD.128B-TD.128 WGS'84
- - -
Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Karoso -
115 09° 33' 46" S 118° 55' 29" T Titik Dasar No. TD.128 No. 455, 456
- - - Pilar Pendekat No. TR.128 1 : 200.000
- - - Jarak TD.128-TD.129 = 48.64 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Toro Doro -
116 08° 53' 22" S 118° 28' 02" T Titik Dasar No. TD.129 No. 455
- - - Pilar Pendekat No. TR.129 1 : 200.000
-- - - Jarak TD.129-TD.130A = 84.56 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Talonan -
117 09° 06' 15" S 117° 03' 25" T Titik Dasar No. TD.130A No. 454
- - - Pilar Pendekat No. TR.130 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.130A-TD.130 = 2.64 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Talonan -
118 09° 06' 37" S 117° 00' 46" T Titik Dasar No. TD.130 No. 454
- - - Pilar Pendekat No. TR.130 1 : 200.000
- - - Jarak TD.130-TD.131 = 60.94 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Sophialouisa -
119 08° 55' 20" S 116° 00' 08" T Titik Dasar No. TD.131 No. 454
- - - Pilar Pendekat No. TR.131 1 : 200.000
- - - Jarak TD.131-TD.133 = 25.38 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Sedihing -
120 08° 49' 11" S 115° 35' 13" T Titik Dasar No. TD.133 No. 454
- - - Pilar Pendekat No. TR.133 1 : 200.000
- - - Jarak TD.133-TD.134A = 24.47 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Ungasan -
121 08° 51' 06" S 115° 10' 32" T Titik Dasar No. TD.134A No. 453
- - - Pilar Pendekat No. TR.134A 1 : 200.000
- - - Antara TD.134A-TD.134 WGS'84
- - -
Garis Pangkal Biasa -
122. ...
No.
Uru
t
Perairan
Lintang Bujur
Data Petunjuk,
Jenis Garis Pangkal, Jarak
Nomor Peta,
Skala, Referensi
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Mebulu -
122 08° 50' 56" S 115° 06' 31" Titik Dasar No. TD.134 No. 453
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.134 1 : 200.000
- - - Jarak TD.134-TD.135 = 34.75 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Bantenan -
123 08° 47' 14" S 114° 31' 33" Titik Dasar No. TD.135 No. 453
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.135 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.135-TD.138 = 74.98 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia P. Barung -
124 08° 30' 30" S 113° 17' 37" Titik Dasar No. TD.138 No. 452
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.138 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.138-TD.139 = 94.26 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia P. Sekel -
- -
125 08° 24' 24" S 111° 42' 31" Titik Dasar No. TD.139 No. 451
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.139 1 : 200.000
- - - Jarak TD.139-TD.139A = 11.90 WGS'84
nm
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia P. Panehan -
126 08° 22' 17" S 111° 30' 41" Titik Dasar No. TD.139A No. 451
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.139 1 : 200.000
- - - Jarak TD.139A-TD.140 = 48.75 WGS'84
nm
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
-
Samudera : Hindia Tg. Batur 127 08° 12' 03" S 110° 42' 31" Titik Dasar No. TD.140 No. 451
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.140 1 : 200.000
- - - Jarak TD.140-TD.143 = 102.08 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Nusakambangan -
128 07° 47' 05" S 109° 02' 34" Titik Dasar No. TD.143 No. 450
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.143 1 : 200.000
- - - Jarak TD.143-TD.144A = 36.34 WGS'84
nm
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Legokjawa -
129 07° 49' 17" S 108° 25' 57" Titik Dasar No. TD.144A No. 449
T
- - - Pilar Pendekat No. TR.144A 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.144A-TD.144C = 6.59 WGS'84
nm
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
130. ...
No.
Urut
Perairan Data Petunjuk, Nomor Peta,
Lintang Bujur Jenis Garis Pangkal, Jarak Skala, Referensi
-
- Samudera : Hindia P. Manuk 130 07° 49' 11" S 108° 19' 18" T Titik Dasar No. TD.144C No. 449
- - - Pilar Pendekat No. TR.144 1 : 200.000
- - - Jarak TD.144C-TD.144 = 1.38 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Tawulan -
131 07° 49' 03" S 108° 17' 55" T Titik Dasar No. TD.144 No. 449
- - - Pilar Pendekat No. TR.144 1 : 200.000
- - - Jarak TD.144-TD.145 = 27.50 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Gedeh -
132 07° 44' 32" S 107° 50' 32" T Titik Dasar No. TD.145 No. 449
- - - Pilar Pendekat No. TR.145 1 : 200.000
- - - Jarak TD.145-TD.146 = 88.14 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Ug. Genteng -
133 07° 23' 20" S 106° 24' 14" T Titik Dasar No. TD.146 No. 448
- - - Pilar Pendekat No. TR.146 1 : 200.000
- - - Jarak TD.146-TD.147 = 56.96 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia P. Deli -
134 07° 01' 00" S 105° 31' 25" T Titik Dasar No. TD.147 No. 448
- - - Pilar Pendekat No. TR.147 1 : 200.000
- - - Jarak TD.147-TD.148A = 18.35 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Karang Pabayang -
135 06° 51' 17" S 105° 15' 44" T Titik Dasar No. TD.148A No. 447, 448
- - - Pilar Pendekat No. TR.148 1 : 200.000
- - - Jarak TD.148A-TD.148 = 1.67 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Guhakolak -
136 06° 50' 22" S 105° 14' 20" T Titik Dasar No. TD.148 No. 447, 448
- - - Pilar Pendekat No. TR.148 1 : 200.000
- - - Jarak TD.148-TD.151 = 73.97 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Batukecil -
137 05° 53' 45" S 104° 26' 26" T Titik Dasar No. TD.151 No. 447
- - - Pilar Pendekat No. TR.151 1 : 200.000
- - - Jarak TD.151-TD.152 = 50.33 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Ug. Walor -
138 05° 14' 22" S 103° 54' 57" T Titik Dasar No. TD.152 No. 446
- - - Pilar Pendekat No. TR.152 1 : 200.000
- - - Jarak TD.152-TD.154A = 94.80 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
139. ...
No.
Urut
Perairan Data Petunjuk, Nomor Peta,
Lintang Bujur Jenis Garis Pangkal, Jarak Skala, Referensi
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Kahoabi -
139 05° 30' 50" S 102° 21' 11" T Titik Dasar No. TD.154A No. 445, 446
- - - Pilar Pendekat No. TR.154A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.154A-TD.154 = 5.17 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Labuho -
140 05° 31' 13" S 102° 16' 00" T Titik Dasar No. TD.154 No. 445
- - - Pilar Pendekat No. TR.154 1 : 200.000
- - - Antara TD.154-TD.154B WGS'84
- -- -
Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Labuho -
141 05° 30' 30" S 102° 14' 42" T Titik Dasar No. TD.154B No. 445
- - - Pilar Pendekat No. TR.154 1 : 200.000
- - - Jarak TD.154B-TD.155 = 13.09 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Kooma -
142 05° 21' 35" S 102° 05' 04" T Titik Dasar No. TD.155 No. 445
- - - Pilar Pendekat No. TR.155 1 : 200.000
- - - Jarak TD.155-TD.156 = 102.15 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia P. Mega -
143 04° 01' 12" S 101° 01' 49" T Titik Dasar No. TD.156 No. 444
- - - Pilar Pendekat No. TR.156 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.156-TD.158 = 60.36 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia P. Sibarubaru -
- -
144 03° 17' 48" S 100° 19' 47" T Titik Dasar No. TD.158 No. 443, 444
- - - Pilar Pendekat No. TR.158 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.158-TD.159 = 33.96 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia Tg. Betumonga -
- -
145 02° 50' 14" S 99° 59' 55" T Titik Dasar No. TD.159 No. 443
- - - Pilar Pendekat No. TR.159 1 : 200.000
- - - Jarak TD.159-TD.161 = 80.33 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Sinyaunyau -
146 01° 51' 58" S 99° 04' 34" T Titik Dasar No. TD.161 No. 442
- - - Pilar Pendekat No. TR.161 1 : 200.000
- - - Jarak TD.161-TD.161B = 16.43 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia Tg. Simansih -
147 01° 40' 43" S 98° 52' 35" T Titik Dasar No. TD.161B No. 442
- - - Pilar Pendekat No. TR.161 1 : 200.000
- - - Antara TD.161B-TD.162 WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
148. ...
No.
Urut
Perairan Data Petunjuk, Nomor Peta,
Lintang Bujur Jenis Garis Pangkal, Jarak Skala, Referensi
- - - - -
- Samudera : Hindia Tg. Sakaladat -
148 01° 13' 32" S 98° 36' 07" T Titik Dasar No. TD.162 No. 442
- - - Pilar Pendekat No. TR.162 1 : 200.000
- - - Jarak TD.162-TD.164B = 81.46 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Simuk -
149 00° 05' 33" S 97° 51' 14" T Titik Dasar No. TD.164B No. 441
- - - Pilar Pendekat No. TR.164 1 : 200.000
- - - Antara TD.164B-TD.164 WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - Samudera : Hindia P. Simuk -
- -
150 00° 04' 05" S 97° 50' 07" T Titik Dasar No. TD.164 No. 441
- - - Pilar Pendekat No. TR.164 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.164-TD.167 = 89.23 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia P. Wunga -
- -
151 01° 12' 47" U 97° 04' 48" T Titik Dasar No. TD.167 No. 440
- - - Pilar Pendekat No. TR.167 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.167-TD.168 = 11.59 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Samudera : Hindia Tg. Toyolawa -
- -
152 01° 24' 19" U 97° 03' 38" T Titik Dasar No. TD.168 No. 440
- - - Pilar Pendekat No. TR.168 1 : 200.000
- - - Jarak TD.168-TD.170 = 96.15 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Simeulucut -
153 02° 31' 47" U 95° 55' 05" T Titik Dasar No. TD.170 No. 439
- - - Pilar Pendekat No. TR.170 1 : 200.000
- - - Jarak TD.170-TD.171 = 40.87 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Salaut Besar -
154 02° 57' 51" U 95° 23' 34" T Titik Dasar No. TD.171 No. 438, 439
- - - Pilar Pendekat No. TR.171 1 : 200.000
- - - Antara TD.171-TD.171C WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Salaut Besar -
155 02° 58' 57" U 95° 23' 06" T Titik Dasar No. TD.171C No. 438, 439
- - - Pilar Pendekat No. TR.171A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.171C-TD.174 = 113.61 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
156. ...
No.
Urut
-
Perairan Nomor Peta,
Lintang Bujur
-
Data Petunjuk, Jenis Garis Pangkal, Jarak Skala, Referensi
-
-
-
- Samudera : Hindia P. Raya 156 04° 52' 33" U 95° 21' 46" T Titik Dasar No. TD.174 No. 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.174 1 : 200.000
- - - Jarak TD.174-TD.175 = 25.87 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Rusa -
157 05° 16' 34" U 95° 12' 07" T Titik Dasar No. TD.175 No. 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.175 1 : 200.000
- - - Jarak TD.175-TD.176A = 33.89 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Samudera : Hindia P. Benggala -
158 05° 47' 34" U 94° 58' 21" T Titik Dasar No. TD.176A No. 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.176A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.176A-TD.177 = 18.88 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Samudera : Hindia P. Rondo -
159 06° 04' 30" U 95° 06' 45" T Titik Dasar No. TD.177 No. 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.177 1 : 200.000
- - - Antara TD.177-TD.177A WGS'84
- - -
Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Samudera : Hindia P. Rondo -
160 06° 04' 30" U 95° 07' 11" T Titik Dasar No. TD.177A No. 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.177 1 : 200.000
- - - Jarak TD.177A-TD.178 = 16.66 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Malaka Ug. Le Meule -
161 05° 53' 50" U 95° 20' 03" T Titik Dasar No. TD.178 No. 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.178 1 : 200.000
- - - Jarak TD.178-TD.179 = 40.63 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Malaka Ug. Pidie -
162 05° 30' 12" U 95° 53' 16" T Titik Dasar No. TD.179 No. 436, 437
- - - Pilar Pendekat No. TR.179 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.179-TD.180 = 58.07 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Malaka Ug. Peusangan -
- -
163 05° 16' 31" U 96° 49' 57" T Titik Dasar No. TD.180 No. 436
- - - Pilar Pendekat No. TR.180 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.180-TD.181 = 39.58 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Malaka Tg. Jamboaye -
- -
164 05° 15' 04" U 97° 29' 40" T Titik Dasar No. TD.181 No. 435, 436
- - - Pilar Pendekat No. TR.181 1 : 200.000
- - -
Antara TD.181-TD.181A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
165. ...
No.
Urut
Perairan
Lintang Bujur
Data Petunjuk,
Jenis Garis Pangkal, Jarak
Nomor Peta,
Skala, Referensi
- - -- Selat : Malaka P. Paru Buso 165 05° 13' 01" U 97° 32' 54" T Titik Dasar No. TD.181A No. 435
- - - Pilar Pendekat No. TR.181 1 : 200.000
- - - Jarak TD.181A-TD.182 = 29.19 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Malaka Ug. Peureula -
166 04° 53' 38" U 97° 54' 49" T Titik Dasar No. TD.182 No. 435
- - - Pilar Pendekat No. TR.182 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.182-TD.183 = 35.86 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Malaka Ug. Tamiang -
- -
167 04° 25' 36" U 98° 17' 15" T Titik Dasar No. TD.183 No. 435
- - - Pilar Pendekat No. TR.183 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.183-TD.184 = 82.41 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Malaka P. Berhala -
- -
168 03° 46' 38" U 99° 30' 03" T Titik Dasar No. TD.184 No. 434
- - - Pilar Pendekat No. TR.184 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.184-TD.185 = 89.42 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Malaka P. Batu Mandi -
- -
169 02° 52' 10" U 100° 41' 05" T Titik Dasar No. TD.185 No. 433
- - - Pilar Pendekat No. TR.185 1 : 200.000
- - - Jarak TD.185-TD.186 = 76.97 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Selat : Malaka Tg. Punah -
170 02° 05' 42" U 101° 42' 30" T Titik Dasar No. TD.186 No. 432, 433
- - - Pilar Pendekat No. TR.186 1 : 200.000
- - - Jarak TD.186-TD.186A = 57.08 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Selat : Malaka Tg. Parit -
171 01° 31' 29" U 102° 28' 13" T Titik Dasar No. TD.186A No. 432
- - - Pilar Pendekat No. TR.186A 1 : 200.000
- - - Jarak TD.186A-TD.187 = 39.29 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan - -
- - - -
- Selat : Malaka Tg. Kedabu -
172 01° 06' 04" U 102° 58' 11" T Titik Dasar No. TD.187 No. 432
- - - Pilar Pendekat No. TR.187 1 : 200.000
- - - Jarak TD.187-TD.188 = 23.58 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
173. ...
No.
Urut
Perairan
Lintang Bujur
Data Petunjuk,
Jenis Garis Pangkal, Jarak
Nomor Peta,
Skala, Referensi
- - - - -
- Selat : Malaka P. Iyu Kecil -
173 01° 11' 30" U 103° 21' 08" T Titik Dasar No. TD.188 No. 432
- - - Pilar Pendekat No. TR.188 1 : 200.000
- - - Jarak TD.188-TD.189 = 2.67 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Malaka P. Karimun Kecil -
174 01° 09' 59" U 103° 23' 20" T Titik Dasar No. TD.189 No. 431, 432
- - - Pilar Pendekat No. TR.189 1 : 200.000
- - - Jarak TD.189-TD.190 = 15.87 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Main P. Nipa -
175 01° 09' 13" U 103° 39' 11" T Titik Dasar No. TD.190 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.190 1 : 200.000
- - -
Antara TD.190-TD.190A WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
- - - - -
- Selat : Main P. Nipa -
176 01° 09' 12" U 103° 39' 21" T Titik Dasar No. TD.190A No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.190 1 : 200.000
- - - Jarak TD.190A-TD.191 = 3.00 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Main P. Pelampong -
177 01° 07' 44" U 103° 41' 58" T Titik Dasar No. TD.191 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.191 1 : 200.000
- - - Jarak TD.191-TD.191A = 4.54 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Main Kr. Helen Mars -
178 01° 07' 27" U 103° 46' 30" T Titik Dasar No. TD.191A No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.191A 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.191A-TD.191B = 3.06 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Main Kr. Benteng -
- -
179 01° 09' 26" U 103° 48' 50" T Titik Dasar No. TD.191B No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.191B 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.191B-TD.192 = 4.44 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Selat : Singapore Batu Berhanti -
- -
180 01° 11' 06" U 103° 52' 57" T Titik Dasar No. TD.192 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.192 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.192-TD.193 = 11.91 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
181. ...
No.
Urut
Perairan
Lintang Bujur
Data Petunjuk,
Jenis Garis Pangkal, Jarak
Nomor Peta,
Skala, Referensi
- - - - -
- Selat : Singapore P. Nongsa -
181 01° 12' 29" U 104° 04' 47" T Titik Dasar No. TD.193 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.193 1 : 200.000
- - - Jarak TD.193-TD.194 = 18.83 nm WGS'84
- - -
Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - -
- Selat : Singapore Tg. Sading -
182 01° 12' 16" U 104° 23' 37" T Titik Dasar No. TD.194 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.194 1 : 200.000
- - -
Jarak TD.194-TD.195 = 10.02 nm WGS'84
- - - Garis Pangkal Lurus Kepulauan -
- - - - Laut : Natuna Tg. Berakit -
- -
183 01° 14' 35" U 104° 33' 22" T Titik Dasar No. TD.195 No. 431
- - - Pilar Pendekat No. TR.001 1 : 200.000
- - -
Antara TD.195-TD.001 WGS'84
- - - Garis Pangkal Biasa -
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan Perundang-undangan,
ttd.
Lambock V. Nahattands