Senin, 21 Desember 2009


1. BEBAN MATI (DEAD LOAD)
Beban mati harus memperhitungkan :
 berat dari semua komponen struktural
 perlatan dan utilitas yang menyatu
(komponen non-struktural)
 Lapisan tanah penutup
 wearing surface
 future overlays
 rencana pelebaran.

2. BEBAN HIDUP (LIVE LOAD)
Beban hidup atau beban lalu lintas terdiri dari
beberapa komponen :
 Beban terbagi rata, UDL (Uniform Distributed Load)
 Beban garis, KEL (Knife Edge Load)
 Beban truk, T (Truck Load)
 Impak (Impact / Dynamic Load Allowance, DLA)

BEBAN LAJUR ”D”
UNIFORM DISTRIBUTED LOAD (UDL) :
UDL memiliki intesitas q kPa, dengan q tergantung
pada panjang bentang yang di bebani total (L).
L<30m, q =" 8kN/m2
L>30m, q = 8(0,5+15/L)kN/m2


KNIFE EDGE LOAD (KEL) : dikali dengan DLA yang didapat dari tabel, dapat dijumlahkan dengan UDL
KEL memiliki intensitas sebesar p kN/m yang
ditempatkan tegak lurus pada arah lalu lintas, dan pada
kedudukan sembarang sepanjang jembatan dimana
memberikan dampak paling masksimum. P = 44 kN/m.


Hanya satu truk harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu lintas
rencana untuk panjang penuh jembatan. Truk “T” harus
ditempatkan di tengah lajur lalu lintas.
dikali dengan DLA 0,3 DYNAMIC LOAD ALLOWANCE

GAYA REM (BREAKING FORCE)
 Pengaruh rem dan percepatan lalu lintas harus
dipertimbangkan sebagai gaya memanjang. Gaya ini
tidak tergantung pada lebar jembatan dan diberikan
dalam Tabel berikut untuk panjang struktur yang
tertahan.



Untuk jembatan yang mempunyai kelengkungan pada
arah horizontal, maka akan timbul gaya centrifugal yang
besarnya dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
dimana : Ttr=0.006Vkuadrat x Tt:R
TTR : gaya centrifugal pada suatu section jembatan
TT : beban kendaraan total yang berada pada
section yang sama
V : kecepatan rencana (km/jam)
R : radius dari kelengkungan jembatan

EFEK RANGKAK DAN SUSUT (CREEP
AND SHRINKAGE EFFECT)
 Efek rangkak dan susut dipertimbangkan
pada perencanaan jembatan yang
menggunakan material beton.
 Efek ini harus diperhitungkan terutama untuk
struktur-struktur yang terkekang (bentang
menerus)
 Juga diperhitungkan untuk movement pada
bearing dan expansion joint.
EFEK TEMPERATUR
(TEMPERATURE EFFECT)
 Pengaruh merusak utama dari variasi suhu adalah
pembentukan retak yang merugikan untuk beton dan
mengurangi kemampuan jembatan. Kehilangan
kekuatan dapat terjadi bila retakan tersebut
mempercepat laju kerusakan.
 Pengaruh temperatur akan memberikan efek
sekunder pada elemen sekunder yang mengalami
pengekangan.
 Pengaruh temperatur dibagi menjadi :
a. Variasi pada temperatur jembatan rata-rata
b. Variasi temperatur didalam bangunan atas
jembatan (perbedaan temperatur)

EFEK PRATEGANG
(PRESTRESSING EFFECT)
 Gaya prategang akan memberikan efek
sekunder pada elemen struktur yang
mengalami pengekangan dan struktur statis
tak tentu.
 Gaya prategang harus diperhitungkan
sebelum (selama pelaksanaan) dan sesudah
kehilangan tegangan dalam kombinasinya
dengan beban beban lain

TEKANAN AIR (STREAM
PRESSURE)
 Longitudinal
p = 5.14x10-4 CDV2
dimana :
p = Tekanan Air (MPa)
CD = Drag coefficient (Lihat Tabel 1)
V = Kecepatan air rencana (m/sec.)
 Lateral
p = 5.14x10-4 ClV2
dimana :
p = Tekanan Air Lateral (MPa)
CL = Lateral Drag coefficient (Lihat Tabel 2)
V = Kecepatan air rencana (m/sec.)

Beban pejalan kaki sebesar 3.6 kPa harus
diperhitungkan pada trotoar dengan lebar lebih dari
600mm bersamaan dengan dengan beban
kendaraan.
Semua elemen dari trotoar atau jembatan
penyeberangan yang langsung memikul pejalan kaki
harus direncanakan untuk beban nominal sebesar 5
kPa.

Koefisien Gaya Gempa tergantung beberapa
hal berikut :
a. Perioda alami struktur jembatan
b. Percepatan puncak batuan dasar
c. Jenis tanah pada lokasi struktur jembatan

Daktilitas struktur didefinisikan sebagai nilai rasio
antara perpindahan maksimum yang mampu dicapai
oleh struktur ( delta D) terhadap perpindahan disaat terjadi
kelelehan pada struktur (delta y ).
Faktor modifikasi respon struktur (faktor R) yang
merupakan representasi dari tingkat daktilitas struktur. R = 1.6 x u

KOMBINASI PEMBEBANAN
 Kondisi Operasional (Service):
 SL 1 : DL + (LL + Rem)
 SL 2 : DL + 1/1.4 (0.25 LL + EQL + 0.3 EQT)
 SL 3 : DL + 1/1.4 (0.25 LL + 0.3 EQL + EQT)
 SL 4 : 0.9 DL + 1/1.4 (+ EQL + 0.3 EQT)
 SL 5 : 0.9 DL + 1/1.4 (+ EQT + 0.3 EQL)
KOMBINASI PEMBEBANAN
 Kondisi Ultimit:
 UL 1 : 1.3 DL + 2 (LL + Rem)
 UL 2 : 1.3 DL + 0.25 (LL) + EQL + 0.3 EQT
 UL 3 : 1.3 DL + 0.25 (LL) + 0.3 EQL + EQT
 UL 4 : 0.9 DL + EQL + 0.3 EQT
 UL 5 : 0.9 DL + EQT + 0.3 EQL
 Dimana :
 DL : beban mati
 LL : beban hidup
 EQL : Beban gempa statik eqivalen arah
longitudinal (searah sumbu jembatan)
 EQT : Beban gempa statik eqivalen arah
transversal (tegak lurus sumbu jembatan)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar